
Stok Minyak AS Anjlok, Harga Minyak Global Lanjut Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah terpantau kembali terkoreksi pada perdagangan Kamis (30/5/2024) kemarin, setelah pemerintah AS melaporkan lemahnya permintaan bahan bakar di negara tersebut dan lonjakan stok bahan bakar bensin dan sulingan yang mengejutkan.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak mentah jenis Brent ditutup ambruk 2,08% di posisi harga US$ 81,86 per barel. Sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) ditutup ambles 1,67% menjadi US$ 77,91 per barel.
Sedangkan pada pagi hari ini waktu Asia, harga minyak cenderung melanjutkan koreksi. Per pukul 09:14 WIB, harga Brent melemah 0,31% ke US$ 81,61 per barel, sedangkan WTI juga terkoreksi 0,41% menjadi US$ 77,59 per barel.
Stok minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan pada pekan lalu karena pabrik penyulingan meningkatkan tingkat pemanfaatan tertingginya dalam lebih dari sembilan bulan, berdasarkan data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA).
Namun, terdapat lonjakan mengejutkan dalam persediaan bensin dan bahan bakar sulingan karena permintaan melemah bahkan ketika produksi meningkat.
"Kelemahan di pasar bensin terus menyeret sektor minyak lainnya," kata Alex Hodes, analis minyak di broker StoneX, dikutip dari Reuters.
Para analis memperkirakan libur Hari Memorial pada 27 Mei lalu dan awal musim mengemudi di musim panas di AS berpotensi meningkatkan permintaan bahan bakar. Namun ukuran permintaan bensin EIA turun sekitar 2% dari pekan sebelumnya menjadi 9,15 juta barel per hari.
"Saya memperkirakan penurunan harga bensin, khususnya, menjelang liburan akhir pekan, tetapi ketika pabrik penyulingan mulai memproduksi, hal itu terlalu banyak untuk menguras persediaan produk," kata John Kilduff, partner di Again Capital, dilansir dari Reuters.
Bensin berjangka AS turun lebih dari 2% ke level terendah dalam 3 bulan di US$ 2,40 per galon, sementara kontrak berjangka solar dengan sulfur ultra-rendah menetap di level terendah dalam 11 bulan terakhir.
Hal ini semakin menekan harga minyak, di mana selera risiko investor telah berkurang karena adanya prospek tertundanya pelonggaran moneter di AS dan Eropa.
Di lain sisi, Investor minyak juga masih berhati-hati menjelang pertemuan OPEC+ pada akhir pekan ini. Kelompok produsen akan memutuskan apakah akan memperpanjang, memperdalam, atau mengurangi pengurangan pasokan.
Permintaan bahan bakar yang lemah dan meningkatnya persediaan minyak global dapat membantu meyakinkan produsen OPEC+, untuk mempertahankan pengurangan pasokan ketika mereka bertemu pada tanggal 2 Juni mendatang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joe Biden Efek, Harga Minyak Memanas
