BI Beri Jamu Manis, Perbankan Bakal Kebanjiran Dana Rp225 T
Waingapu, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengklaim likuiditas perbankan di dalam negeri telah menerima tambahan likuiditas Rp255,8 triliun hingga periode Juni 2024.
Tambahan likuiditas ini berasal dari kebijakan perluasan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) Bank Indonesia (BI). Sebagai catatan, BI sebenarnya memberikan insentif berupa pengurangan giro bank dalam pemenuhan giro wajib minimum (GWM). Adapun, insentif ditingkatkan hingga maksimal 4%.
Kepala Grup Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI Nugroho Joko Prastowo mengatakan tambahan likuiditas ini meningkat dari posisi sebelumnya, yakni Rp 165 triliun pada Maret 2024.
"Jadi di 2024 ini, insentifnya diperluas jadi maksimum 4% atau 400 basis poin bisa menjadi cepat," ujarnya dalam Media Briefing BI di Hotel Kanambiru, Waingapu, Sumba Timur, dikutip Rabu (24/7/2024).
Hal ini tercapai setelah BI melakukan perluasan sektor penerima kredit dari perbankan. Dari semula hilirisasi minerba, kini diperluas hingga pertanian dan pangan.
"Itu akan mendapat insentif juga, kemudian industri, listrik, gas dan air mendapat insentif," kata Joko.
Kemudian, sektor perumahan dan properti, otomotif, green sector, serta pariwisata dan ekonomi kreatif pun bisa mendapatkan insentif dari tambahan likuiditas ini.
"Di perluasan sektor tersebut, itu GWM yang dikembalikan sebagai insentif naik dari Rp 165 triliun menjadi sebesar Rp 225,8 triliun. Itu efektifnya, jadi dari sini ke sini, ada tambahan hampir Rp 90 triliun," kata Joko.
Dari sektor-sektor di atas, menurut Joko, masih ada beberapa sektor yang bisa digenjot penyaluran insentifnya. Salah satunya adalah sektor perumahan.
Menurut Joko, sektor ini tidaklah mudah karena pembangunan rumah atau properti membutuhkan waktu.
"Harus bebasin lahan dulu, bangun dulu. Itu tidak cepat, tetapi ini ada peluang," tegasnya.
Data Insentif Sektoral KLM (Juni 2024)
- Hilirisasi Rp 66,7 triliun
- Perumahan Rp 19,8 triliun
- Pariwisata & Ekonomi Kreatif Rp 28,5 triliun
- Otomotif, Perdagangan, LGA, Jasa Sosial Rp 40,6 triliun
- RPIM/Pembiayaan inklusif Rp 55,2 triliun
- Ultramikro (UMi) Rp 19,6 triliun
- Green Rp 25,3 triliun
(haa/mij)