Wall Street Tumbang: Indeks Nasdaq Ambles 2%, S&P500 Anjlok 1%

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 17/07/2024 22:03 WIB
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks utama Wall Street S&P500 dan Komposit Nasdaq dibuka melemah pada perdagangan Rabu (17/7/2024) karena saham-saham teknologi mulai dijual investor yang melakukan rotasi portofolio.

S&P 500 diperdagangkan 1,1% lebih rendah, sedangkan Nasdaq yang sarat teknologi turun 2,2%. Sementara indeks Dow Jones naik tipis 0,3% karena didorong oleh saham UnitedHealth yang naik 3%. 

Saham AppleMeta, dan Netflix semuanya turun lebih dari 2% karena investor mulai menarik keuntungan setelah reli saham teknologi.


Saham semikonduktor mengalami penurunan khususnya di sektor teknologi menyusul laporan bahwa pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan pembatasan perdagangan yang lebih ketat jika perusahaan terus memberikan akses kepada China terhadap teknologi buatan AS.

ETF VanEck Semiconductor (SMH) turun sekitar 4% setelah laporan tersebut. Nvidiad an saham Taiwan Semiconductor yang terdaftar di AS kehilangan sekitar 4% dan 2%, masing-masing.

Indeks Russell 2000 naik sedikit, berada di jalur untuk sesi kemenangan keenam berturut-turut karena investor beralih ke saham berkapitalisasi kecil. Indeks telah naik lebih dari 12% selama lima hari perdagangan terakhir seiring meluasnya reli pasar.

Sementara itu, Nasdaq telah merosot lebih dari 1% pada periode yang sama karena investor mengambil keuntungan dari saham-saham teknologi yang memperoleh keuntungan besar tahun ini.

Rotasi ini terjadi karena para pedagang menjadi lebih optimis terhadap penurunan suku bunga, yang akan menguntungkan perusahaan-perusahaan berkapitalisasi kecil dan perusahaan-perusahaan dengan biaya pendanaan lebih tinggi.

Perdagangan berjangka dana Fed menyiratkan kemungkinan 100% Federal Reserve akan menurunkan suku bunga pada bulan September, menurut alat CME FedWatch.

"Orang-orang sebenarnya hanya menjual sebagian saham-saham megacaps, mengambil sebagian keuntungan, dan membeli beberapa perusahaan yang lebih bersifat siklus," kata Mike Dickson, kepala penelitian dan strategi kuantitatif di Horizon Investments.

"Saya tidak akan terkejut melihat hal ini berlanjut hingga pendapatan."

CNBC INDONESIA RESEARCH


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Produk Unggulan Asuransi 2025 Saat Ekonomi Penuh Tantangan