
SRBI Lebih Dilirik Investor Dibandingkan SBN, Ini Buktinya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) laris manis di pasar. Bahkan penghimpunan dana SRBI mengalahi Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan pemerintah. Hal ini disebabkan oleh imbal hasil yang ditawarkan SRBI lebih tinggi dari SBN, bahkan hingga 7%.
Dalam laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi Juni 2024, World Bank atau Bank Dunia melihat sebagai instrumen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, SRBI tampaknya membatasi pinjaman pemerintah.
"Bank-bank komersial mengurangi kepemilikannya pada surat berharga pemerintah dan beralih ke surat berharga baru dari BI," ungkap Bank Dunia dalam laporannya, dikutip Selasa (2/1/2024).
Terbukti, antara bulan September 2023 dan Februari 2024, kepemilikan bank umum atas obligasi pemerintah menurun dari 30,4 menjadi 25,6 persen dari total saldo beredar.
Sebagai akibatnya, BI melakukan intervensi di pasar sekunder dengan membeli surat berharga pemerintah, sehingga meningkatkan kepemilikannya dari 16,2% menjadi 20,7%.
Bank Dunia melihat untuk mencegah crowding out lebih lanjut, BI berupaya untuk sementara waktu mengurangi volume penerbitan SRBI, memotongnya hingga setengahnya dari Rp 49,4 triliun menjadi Rp 25,6 triliun antara bulan Februari dan Maret 2024.
"Risiko lainnya termasuk mengusir investor ekuitas asing yang menghadapi risiko kredit lebih tinggi namun relatif kurang menarik. kembali. Arus keluar ekuitas (equity outflow) dari bursa Indonesia memang terjadi akhir-akhir ini pada bulan April-Juni," tulis laporan Bank Dunia.
Setelah kebijakan Fed yang lebih hawkish, arus modal keluar di portofolio semakin meluas pada April. Outflow terjadi pula di SRBI.
Pada kuartal I-2024, investor non-residen atau asing memiliki sekitar 22% dari total SRBI yang beredar, sementara sisanya sebagian besar dimiliki oleh bank-bank komersial dalam negeri.
"Namun, seiring dengan pengetatan kondisi moneter global, investor asing telah menjual kepemilikan SRBI mereka. Akibatnya, pangsa kepemilikan asing di SRBI turun menjadi 18% pada akhir April 2024," tulis Bank Dunia.
Berdasarkan data transaksi 24 - 27 Juni 2024, BI mencatat jumlah beli neto asing mencapai Rp8,30 triliun di pasar SBN, sementara beli neto asing di SRBI mencapai Rp9,16 triliun.
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 27 Jun 2024, nonresiden tercatat jual neto Rp36,46 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,78 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp123,21 triliun di SRBI.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Tarik Rp 505 Triliun Dana Asing ke SRBI & SVBI