Bursa Asia Dibuka Cerah Hari Ini, Kecuali Shanghai China

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
31 May 2024 08:42
A woman walks past an electronic board showing stock information at a brokerage house in Fuyang, Anhui province, China March 23, 2018. China Daily via REUTERS   ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (31/5/2024), di tengah sikap investor yang menanti rilis data ekonomi cukup penting di kawasan tersebut dan di global pada hari ini.

Per pukul 08:24 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,36%, Hang Seng Hong Kong melesat 0,98%, Straits Times Singapura bertambah 0,23%, ASX 209 Australia terapresiasi 0,49%, dan KOSPI Korea Selatan menanjak 0,72%.

Sementara untuk indeks Shanghai Composite China terpantau cenderung melemah tipis 0,01%.

Dari China, pada hari ini data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) periode Mei 2024 versi NBS akan dirilis.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur pada bulan ini cenderung naik sedikit menjadi 50,5.

Diketahui menurut data dari NBS, PMI manufaktur resmi China meningkat pada April lalu mencapai 50,4, menandakan bahwa sektor manufaktur China masih berada di ambang batas 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi.

Beberapa indikator utama perekonomian China, khususnya belanja konsumen dan sektor real estate, masih dalam tahap pemulihan, dan pemerintah China telah menerapkan serangkaian kebijakan dan langkah-langkah keuangan yang dampaknya akan terlihat dalam beberapa bulan mendatang.

Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China menjadi 5% pada 2024. Hal ini didukung dengan data ekonomi yang tampak membaik belakangan ini.

IMF merevisi pertumbuhan ekonomi China dan menaikkannya dari 4,6% menjadi 5% pada 2024 dan 4,5% pada 2025, didorong oleh data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I-2024 yang kuat dan langkah-langkah kebijakan terkini. Inflasi inti diperkirakan akan meningkat namun tetap rendah karena output masih berada di bawah potensinya.

Proyeksi baru ini muncul setelah China meningkatkan upayanya untuk menopang pemulihan yang tidak merata di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut, yang mengalami kesulitan dalam menghadapi krisis properti yang berkepanjangan dan dampak buruknya terhadap investor, konsumen, dan dunia usaha.

Kendati prospek pertumbuhan di 2024 cukup baik, namun pada 2029, IMF memprediksi pertumbuhan di China akan melambat menjadi 3,3% karena populasi yang menua dan ekspansi produktivitas yang lebih lambat.

Di lain sisi, pergerakan bursa Asia-Pasifik pada hari ini cenderung berlawanan dengan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, yang kembali ditutup melemah.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merosot 0,86%, S&P 500 melemah 0,6%, dan Nasdaq Composite ambles 1,08%.

Investor di AS dan global cenderung mencerna data yang menunjukkan perekonomian tumbuh lebih lambat dari perkiraan sebelumnya pada kuartal I-2024. Di lain sisi, laporan terpisah menunjukkan klaim pengangguran mingguan naik lebih dari perkiraan.

Departemen Perdagangan melaporkan PDB riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 1,3% pada kuartal pertama, turun dari perkiraan awal sebesar 1,6% tetapi sedikit lebih buruk dibandingkan perkiraan Dow Jones sebesar 1,2%.

Pengurangan konsumsi, dari pertumbuhan 2,5% menjadi 2%, merupakan penyebab utama revisi penurunan tersebut.

Melambatnya data perkiraan kedua dari pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal I-2024 membuat yield Treasury AS mulai melandai, setelah dalam beberapa hari terakhir mengalami kenaikan.

Yield Treasury acuan tenor 10 tahun turun 7 basis poin (bp) menjadi 4,55%, turun dari posisi tertingginya sejak awal Mei 2024.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, maka tandanya investor sedang memburu obligasi.

Selain itu, data klaim pengangguran mingguan AS untuk periode pekan yang berakhir 25 Mei 2024 terpantau meningkat yakni menjadi 219.000, dari sebelumnya pada April lalu sebanyak 216.000 klaim.

Investor masih menanti rilis data ekonomi penting yang akan dirilis menjelang akhir pekan ini, dengan data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) terbaru akan dirilis pada Jumat besok.

PCE menjadi ukuran inflasi favorit The Fed dan investor akan mencermatinya untuk mendapatkan petunjuk mengenai prospek kebijakan moneter The Fed.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular