Suku Bunga AS Berpotensi Turun 2 Kali, Rupiah Menguat Lagi?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
20 May 2024 07:45
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau meninggalkan level psikologis Rp16.000/US$ setelah keluar data inflasi Amerika Serikat (AS) yang sesuai ekspektasi. Tekanan indeks dolar AS (DXY) pun juga mereda.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup terdepresiasi sebesar 0,19% di angka Rp15.950/US$ pada perdagangan penutupan pekan lalu, Jumat (17/5/2024). Pelemahan ini terjadi setelah rupiah menguat selama dua hari berturut-turut sejak 15 Mei 2024.

Meskipun melemah pada perdagangan kemarin, secara mingguan mata uang garuda masih mencatat apresiasi sebesar 0,56%.

Kinerja mingguan pasar keuangan yang impresif sepanjang pekan lalu tidak lepas dari harapan para pelaku pasar akan penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Federal reserve/The Fed pada 2024.

Harapan patahnya tren suku bunga tinggi pada 2024 melambung kala inflasi AS periode April mendingin.

Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan bahwa inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (consumer price index/CPI) naik 3,4%(year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya 3,5%.

Inflasi inti AS juga ikut mendingin pada periode April yakni 3,6% yoy. Dibandingkan dengan Maret yang tumbuh 3,8% yoy.

Inflasi menjadi tolak ukur bagi The Fed dalam kebijakan moneter. The Fed mematok target inflasi 2% untuk lebih yakin dalam menurunkan suku bunga yang tinggi.

Sehingga saat inflasi dalam tren mendingin, rasa optimisme para pelaku pasar semakin meningkat.

Menurut perangkat FedWatch, kemungkinan The Fed memangkas suku bunga akan terjadi pada pertemuan 18 September 2024 senilai 25 basis poin menjadi 5%-5,25%.

Kemudian terjadi satu kali lagi pada pertemuan 18 Desember 2024 sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%-5%.

Selain itu, penguatan rupiah terjadi seiring dengan tekanan DXY yang mereda. CNBC Indonesia memantau DXY saat ini per Senin (20/5/2024) pukul 07.14 WIB di 104,51, sudah terkoreksi 0,78% dalam seminggu.

Begitu pula dengan yield US Treasury terpantau sudah mulai melandai ke posisi 4,42%. Dalam sepekan yield obligasi acuan AS ini sudah turun sekitar 1,73%.

Yield obligasi acuan tenor 10 tahun Indonesia juga mengalami hal serupa, dengan melandai 2,44% dalam sepekan menjadi 6,80%. Ketika yield mulai turun, ini menunjukkan harga obligasi mulai naik, mengindikasi investor mulai memburu instrumen ini.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah masih dalam tren penguatannya, apabila berlanjut, posisi terdekat yang bisa diuji di Rp15.820/US$ yang merupakan low candle intraday pada 16 Mei 2024.

Meski begitu, pelaku pasar tetap perlu mengantisipasi adanya pelemahan dengan mencermati resistance terdekat. Kini level psikologis Rp16.000/US$ masih menjadi resistance kuat yang potensi diuji, jika ini ditembus maka resistance selanjutnya di Rp16.025/US$ patut diwaspadai.

Sebagai catatan, resistance tersebut didapatkan dari low candle intraday 15 Mei 2024 atau sebelum terjadi gap down.

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indek Dolar Melesat, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular