Dolar AS Bakal Terus Perkasa, Airlangga Ungkap Penyebabnya

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
16 April 2024 15:45
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memberikan keterangan dalam Media Briefing di Jakarta, Jumat (8/2/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memberikan keterangan dalam Media Briefing di Jakarta, Jumat (8/2/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan, nilai tukar dolar Amerika Serikat akan tinggi dalam waktu yang lama, imbas dari masih kuatnya data-data perekonomian Amerika Serikat (AS), serta konflik di Timur Tengah yang makin memanas akibat serangan Israel ke Iran pada Sabtu lalu.

Ia mengatakan, potensi terus tingginya nilai tukar dolar AS itu juga sebetulnya telah diakui Bank Dunia atau World Bank yang menurutnya telah menyebutkan bahwa nilai tukar dolar akan terus meninggal dalam waktu yang panjang atau dikenal dengan istilah higher for longer, menyebabkan aliran modal asing akan terus bergerak keluar dari negara berkembang ke AS.

"Kita melihat AS pertumbuhan ekonominya baik, kemudian inflasi relatif sudah lebih baik walaupun tidak serendah yang diprediksi. Sehingga banyak termasuk World Bank memperkirakan bahwa US Dollar akan higher for longer, akan terus tinggi. Itu tentu kita harus menjaga terhadap capital," tutur Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Meski demikian, Airlangga menekankan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga saat ini masih terjaga pergerakannya, dan bukan menjadi yang terburuk di Asia dari sisi pelemahannya. Ia mengklaim, pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang hingga kini tertekan ke level atas Rp 16.000/US$ masih lebih baik dibanding pelemahan mata uang ringgit Malaysia dan yuan China.

"Terkait dengan indeks rupiah, kita lihat kita bandingkan dengan berbagai negara lain, relatif tentunya kita sedikit lebih baik dari Malaysia, juga China. Yang lebih baik dari kita adalah Korea Selatan dan Thailand," ucap Ketua Umum Partai Golkar itu.

Ekonom Senior yang juga merupakan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, Mari Elka Pangestu memperkirakan hal serupa dengan Airlangga dengan menyatakan bahwa rupiah masih akan terus melemah terhadap dolar AS. Menurutnya, sifat investor yang mencari aset-aset aman seperti dolar AS saat masa genting kerap terjadi, menyebabkan nilai tukar rupiah terus menerus merosot saat ini setelah serangan rudal Iran ke Israel.

"Ketidakpastian ini akan dan telah menyebabkan flight to safety, capital outflow terjadi, karena investor mencari aset yang aman, yaitu dolar dan obligasi AS. Dengan demikian rupiah yang menunjukkan tanda-tanda melemah akan melemah lebih lanjut lagi," ucap Mari dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Selasa (16/4/2024).

Arus modal asing yang keluar dan menyebabkan nilai tukar rupiah semakin melemah, termasuk nilai tukar negara-negara emerging markets, menurut Mari akan juga diperburuk dengan potensi tingginya inflasi global ke depan, imbas dari terganggunya aktivitas perdagangan dan naiknya harga-harga komoditas akibat perang tersebut.

Aktivitas perdagangan dan arus lalu lintas logistik terganggu karena konflik yang semakin memanas itu terjadi di salah satu jalur utama perdagangan internasional, yakni Selat Hormuz. Dampak lanjutannya ialah tekanan inflasi global berpotensi akan masih tinggi menyebabkan kebijakan suku bunga juga akan masih tinggi untuk meredam tekanan inflasi.

"Apa yang sudah kita lihat terjadi yaitu bahwa suku bunga The Fed itu kelihatannya masih akan tetap tinggi, ditambah kejadian di Timur Tengah baru-baru ini dengan serangan Iran ke Israel yang meningkatkan ketidakpastian," ucap Mari.

"Investor cari aman dan pindahkan dana dari emerging market bukan hanya Indonesia yang akan kena emerging market lain akan terkena, akan terjadi capital outflow untuk cari aman. Biasanya cari aman itu dolar, harga emas naik, dan obligasi atau saham di negara seperti AS," tegasnya.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah pada pembukaan perdagangan terpantau anjlok 1,23% ke angka Rp16.035/US$ dan dalam kurun waktu 30 menit, lalu rupiah kembali ambles 2,27% ke level psikologis Rp16.200/US$ pada pukul 09.30 WIB hari ini. Posisi tersebut merupakan yang terlemah sejak April 2020 atau di saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia.


(arm/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular