Airlangga Buka Opsi Revisi Subsidi Energi Gara-Gara Iran & Israel

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
16 April 2024 13:35
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menghadiri sidang lanjutan sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) 2024 di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Jumat (5/4/2024). (CNBC Indonesia/Rindi Salsabilla)
Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menghadiri sidang lanjutan sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) 2024 di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Jumat (5/4/2024). (CNBC Indonesia/Rindi Salsabilla)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan potensi kalibrasi atau penyesuaian anggaran subsidi energi tahun ini, imbas dari potensi dampak rambatan ketegangan konflik di Timur Tengah, setelah serangan balik rudal Iran ke Israel pada Sabtu lalu.

Sebagaimana diketahui, konflik itu telah membuat harga minyak mentah dunia bergejolak. Harga minyak brent telah menguat 4,78% ke posisi US$ 89,42 per barel pada sore kemarin, begitu juga dengan minyak mentah WTI naik 4,34% ke posisi US$84,56 per barel.

"Bapak Presiden pun minta semua untuk mengendalikan diri dalam, terutama negara-negara yang bertikai di Timur Tengah," kata Airlangga dalam acara Halal Bihalal Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/4/2024).

"Kita juga dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam negeri terutama terkait dengan subsidi. Ini kita juga harus mengkalibrasi lagi anggaran yang digunakan," tegasnya.

Airlangga mengatakan, konflik tersebut memang memberi tekanan tambahan terhadap perekonomian global. Apalagi terjadi saat berakhirnya konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina maupun Israel dan Palestina.

"Kita harus mempersiapkan terhadap berbagai shock dan kita belum selesai dari global shock, perang Ukraine masih ada, Israel-Gaza masih ada. Tapi dunia cannot afford another war," tutur Airlangga.

Oleh sebab itu, Airlangga mengatakan pemerintah menyoroti tiga hal terhadap perang itu, pertama ialah potensi masih terus tingginya kebijakan suku bunga acuan global, tingginya harga minyak dunia beserta potensi kenaikan biaya logistik, serta potensi kenaikan suku bunga surat berharga negara.

"Tentunya kita berharap di tahun ini kita bisa menjaga pertumbuhan ekonomi, menjaga tingkat inflasi, menjaga tingkat suku bunga. Karena dalam situasi seperti ini, tiga hal menjadi isu, satu itu interest rate global, dua harga minyak, ketiga harga logistik, dan juga tingkat suku bunga SBN," tuturnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya juga telah mengakui pemerintah akan sulit untuk mencegah melonjaknya subsidi energi, terutama ketika konflik di Timur Tengah semakin memanas usai serangan Iran ke Israel pada Sabtu (13/04/2024) lalu.

Arifin memperkirakan bila ketegangan semakin berlanjut, maka bisa berdampak pada lonjakan harga minyak dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Tanah Air. Ujungnya, bisa berdampak pada membengkaknya subsidi dan kompensasi BBM.

Dia menyebut, setiap kenaikan harga minyak per US$ 1, maka subsidi dan kompensasi untuk BBM bisa naik sekitar Rp 3,5 - Rp 4 triliun.

"Belum lagi kalau rupiah tiap naik 1 dollar, 100 rupiah juga cukup besar. Makanya kita harus hemat energi, efisiensi energi ini harus terus dicanangkan dikerjain dan diprogramkan," tuturnya saat ditemui usai Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kompleks Istana Kepresidenan RI di Jakarta, Selasa (16/4/2024).


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Produsen EV Vietnam Targetkan Bangun Pabrik di AS, India, & RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular