Rupiah Anjlok Mulai Bebani APBN, Sri Mulyani: Subsidi Melonjak!

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
27 June 2024 11:14
Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Senin (24/6/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Senin (24/6/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, belanja subsidi melonjak tiga tahun berturut-turut, penyebabnya ialah pelemahan nilai tukar rupiah dan melonjaknya harga komoditas, seperti minyak mentah.

Sri Mulyani mengatakan, belanja subsidi hingga Mei 2024 telah mencapai Rp 77,8 triliun, naik 3,7% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 75,1 triliun. Level belanja di atas Rp 70 triliun itu telah terjadi sejak 2022 yang sebesar Rp 75,4 triliun.

Pada tahun-tahun sebelumnya, seperti pada 2020, belanja subsidi hanya sebesar Rp 48,9 triliun. Pada 2021 pun sebetulnya telah melonjak 15,7% namun masih pada level Rp 56,6 triliun.

"Kita lihat tiga tahun berturut-turut ini subsidi sampai Mei nilainya cukup besar, yaitu melonjak tinggi dibandingkan 2021 waktu harga minyak belum mencapai kenaikan tinggi," ucap Sri Mulyani saat konferensi pers APBN secara daring, Kamis (27/6/2024).

"Ini kombinasi harga minyak kurs dan tentu volume," tegasnya.

Sri Mulyani merincikan, untuk belanja subsidi itu terdiri dari belanja subsidi untuk bahan bakar minyak atau BBM sebesar 5,57 juta kiloliter, turun 1% dibanding bulan yang sama tahun lalu 5,63 juta kiloliter.

Sementara itu, untuk belanja subsidi LPG 3 kg sebesar 2,7 juta metrik ton, naik 1,9% dibanding Mei 2023 sebesar 2,6 juta metrik ton. Subsidi listrik naik sebesar 3,1% dari 39,2 juta pelanggan menjadi 40,4 juta pelanggan.

Adapula untuk subsidi penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR naik 42,9% dari Rp 80,3 triliun menjadi Rp 114,7 triliun. Sedangkan untuk jumlah debitur KUR nya naik 33,4% dari 1,5 juta orang menjadi 2 juta orang.

Secara total, Sri Mulyani mengatakan, realisasi subsidi sebesar Rp 77,8 triliun ini berasal dari realisasi subsidi energi yang sudah mencapai Rp 56,9 triliun, dan non subsidi energi Rp 21 triliun.

Sebagai informasi, melansir data Refinitiv, rupiah terpantau kembali terdepresiasi di hadapan dolar AS sebesar 0,18% ke level Rp16.400/US$ pada perdagangan kemarin, Rabu (26/6/2024). Rupiah masih berada di level terpuruk sejak Pandemi Covid-19.




(arm/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Airlangga Buka Opsi Revisi Subsidi Energi Gara-Gara Iran & Israel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular