Dolar Tembus Rp 16.000: Awas! BI Rate Bisa Naik Lagi

mae, CNBC Indonesia
16 April 2024 14:30
FILE PHOTO - The logo of Indonesia's central bank, Bank Indonesia, is seen on a window in the bank's lobby in Jakarta, Indonesia September 22, 2016.  REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar rupiah serta ancaman inflasi bisa membuat Bank Indonesia (BI) berbalik arah kembali kepada pengetatan.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Selasa (16/4/2024). Pada Selasa pukul 13.35 WIB, nilai tukar ada di Rp 16.170 per US$1. Nilai tukar rupiah ambruk 2,08%.
Rupiah melemah karena mendapat banyak tekanan dari eksternal mulai dari kenaikan inflasi AS hingga memanasnya konflik di Timur Tengah.

Sementara itu, inflasi dalam negeri juga merangkak naik karena lonjakan harga pangan. Inflasi Indonesia tercatat 3,05% (year on year/yoy) pada Maret 2024, dari 2,75% (yoy) pada Februari 2024. Secara bulanan, inflasi Indonesia terbang ke 0,52% pada Maret 2024 dari 0,37% pada Februari.Inflasi inti naik ke1,77% pada Maret 2024, dari 1,67% di Februari.

Pelemahan rupiah dan merangkaknya inflasi inilah yang bisa membuat BI berubah arah.

BI sendiri akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23-24 April 2024 atau pekan depan.

Suku bunga BI rate di level 6,00% sejak Oktober 2023.
Ekonom Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro, memperkirakan ada peluang 70% jika BI menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6,25% pada pekan depan.

Pelemahan nilai tukar rupiah menjadi alasan utama dari kemungkinan kenaikan tersebut.
"Rupiah bisa terus terekspos jika inflasi AS dan data tenaga kerja SS masih kuat hingga pemilihan presiden AS November mendatang," tutur Satria dalam analisanya.

Selain ketidakpastian global, rupiah terancam tertekan oleh sejumlah faktor mulai dari pembayaran dividen di Mei-Juni, aksi spekulan serta aksi timbun dolar oleh eksportir.

Senada, ekonom BCA Barra Kukuh Mamia memperkirakan ada peluang BI menaikkan suku bunga. Namun, semuanya tergantung pada perkembangan pasar.

"Kenaikan mungkin ada dua probability. Pertama akan delay, lihat dulu apakah gejolak market blow over ketika cadev sudah US$ 135an ke bawah. Kedua, kalaupun hike akan dipasangkan dengan kebijakan akomodatif," ujar Barra, kepada CNBC Indonesia.

Dalam laporan BCA berjudul FX Reserves: Under pressure, fork in the road for BI? Menjelaskan BI mungkin masih akan menahan BI rate sampai April dan akan memilih menjaga rupiah dengan melakukan intervensi.
BCA mengingatkan BI bisa berbalik arah seperti pada Oktober 2023 jika kondisi rupiah dan cadangan devisa (cadev) turun tajam.


Seperti diketahui, nilai tukar rupiah jeblok 1,75% sepanjang Oktober 2023, jauh lebih besar dibandingkan pada September 2023 yang tercatat 1,48% dan Agustus yang mencapai 1%.

Mata uang Garuda jeblok karena meningkatnya ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), ketegangan geopolitik di Timur Tengah, serta suhu politik dalam negeri yang mulai memanas.Kondisi ini membuat investor melepas aset berdenominasi rupiah, termasuk rupiah.

Cadev menguap US$ 4,6 miliar atau sekitar Rp 74,38 triliun (US$ 1=Rp 16.170) dari US$ 137,7 miliar pada Juli 2023 menjadi US$ 133,1 miliar pada Oktober 2023.

Data terbaru menunjukkan, cadev sudah terkuras US$ miliar 6 dari US$ 146,4 miliar pada Desember 2023 menjadi US$ 140,4 miliar pada Maret 2024.

Dalam pandangan BCA, cadev di level US$ 135 miliar akan menjadi salah satu pertimbangan BI dalam menentukan suku bunga.

"Angka ini (cadev di bawah US$ 135 miliar) menjadi level toleransi sebelum mengambil langkah yakni kenaikan," tulis BCA dalam laporannya.

Dalam laporannya BCA menyoroti kebijakan BI dalam memperluas kredit sektor usaha lewat industri perbankan dengan memanfaatkan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) dalam hubungannya dengan kebijakan suku bunga.

Penguatan implementasi KLM akan fokus pada sektor pendorong ekonomi seperti ekonomi kreatif, perdagangan besar, ekonomi hijau dan beberapa sektor lainnya.. Kebijakan ini bisa membantu perbankan jika ada kenaikan suku bunga.

"BI kemungkinan akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar dengan melakukan intervensi di April. Namun, kami tidak akan kaget jika ada kenaikan suku bunga dan insentif KLM pada bulan-bulan mendatang," tulis BCA.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation