Pasokan Terbatas & Manufaktur China Membaik, Minyak Dunia Bergairah

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
01 April 2024 09:27
Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang minyak terbesar di Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah terpantau menguat pada perdagangan Senin (1/4/2024), mempertahankan sebagian besar kenaikannya baru-baru ini di tengah ekspektasi berkurangnya pasokan akibat pengurangan produksi OPEC+, serangan terhadap kilang Rusia, dan data manufaktur China yang mulai ekspansif

Per pukul 09:09 WIB, harga minyak mentah jenis Brent menguat 0,28% ke posisi harga US$ 87,24 per barel, sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) bertambah 0,35% menjadi US$ 83,46 per barel.

Kedua harga minyak acuan berakhir lebih tinggi selama tiga bulan berturut-turut hingga Maret, dengan Brent bertahan di atas US$ 85 per barel sejak pertengahan Maret, karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, berjanji untuk memperpanjang pengurangan produksi hingga akhir Juni.

Hal ini dapat memperketat pasokan minyak mentah selama musim panas di belahan bumi utara.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengatakan pada Jumat lalu bahwa perusahaan minyaknya akan fokus pada pengurangan produksi daripada ekspor pada kuartal kedua untuk membagi pengurangan produksi secara merata dengan negara-negara anggota OPEC+ lainnya.

Di lain sisi, serangan terhadap kilang minyak Rusia juga membuat harga minyak dunia kembali bergejolak meski sedikit saja.

Serangan drone melumpuhkan beberapa kilang Rusia, yang diperkirakan akan mengurangi ekspor bahan bakar Rusia.

Hampir 1 juta barel per hari kapasitas pemrosesan minyak mentah Rusia tidak berfungsi di tengah serangan tersebut, sehingga berdampak pada ekspor bahan bakar minyak berkadar sulfur tinggi yang diproses di kilang di China dan India.

"Risiko geopolitik terhadap pasokan minyak mentah dan bahan baku yang banyak menambah kuatnya fundamental permintaan pada kuartal kedua 2024," kata analis Energy Aspects dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Sementara itu di Eropa, permintaan minyak lebih kuat dari perkiraan, naik 100.000 barel per hari pada Februari lalu, berdasarkan data dari Goldman Sachs, dibandingkan perkiraan kontraksi sebesar 200.000 barel per hari pada 2024.

"Permintaan Eropa yang kuat, lemahnya pertumbuhan pasokan AS ditambah dengan kemungkinan perpanjangan pengurangan produksi OPEC+ hingga tahun 2024 lebih besar daripada risiko penurunan dari terus melemahnya permintaan China," kata Goldman Sachs, dilansir dari Reuters.

Adapun data aktivitas manufaktur China yang mulai ekspansif juga turut mempengaruhi pergerakan harga minyak, di mana China merupakan importir minyak terbesar di dunia.

PMI manufaktur China periode Maret 2024 versi NBS dilaporkan mengalami kenaikan menjadi 50,8, dari sebelumnya di angka 49,1 pada Februari lalu. Ini menjadi yang pertama kalinya sejak September 2023 di mana PMI manufaktur China terus mencatatkan kontraksi sejak periode tersebut.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi. Hal ini menandakan bahwa sektor manufaktur China sudah kembali bergeliat, setelah lima bulan beruntun berkontraksi.

Indikator-indikator positif baru-baru ini menunjukkan bahwa ekonomi China perlahan-lahan kembali ke kondisi yang lebih baik, sehingga menyebabkan para analis mulai meningkatkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk tahun ini.

Namun, kemerosotan yang mendalam di sektor properti raksasa Asia ini masih menjadi hambatan besar terhadap pertumbuhan, dan menguji kesehatan pemerintah daerah yang banyak berutang dan neraca bank-bank milik negara.

Perdana Menteri Li Qiang mengumumkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2024 yang ambisius sekitar 5% pada awal bulan ini pada pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional.

Kabinet China pada tanggal 1 Maret menyetujui rencana untuk mempromosikan peningkatan peralatan skala besar dan penjualan barang-barang konsumsi.

Kepala perencana negara mengatakan pada konferensi pers awal bulan ini bahwa rencana tersebut dapat menghasilkan permintaan pasar lebih dari 5 triliun yuan (US$ 691,63 miliar) per tahun.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Konflik di Timur Tengah Makin Panas, Harga Minyak Dunia 'Mendidih'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular