
Usai 'Terbang' Tinggi, Harga Minyak Dunia Kembali Nyungsep

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah terpantau berbalik terkoreksi pada perdagangan Selasa (18/6/2024), setelah membukukan kenaikan di sesi sebelumnya. Hal ini karena pasar tetap berhati-hati terhadap prospek pertumbuhan permintaan global di tengah ekspektasi peningkatan pasokan.
Per pukul 11:09 WIB, harga Brent melemah 0,15% ke posisiĀ US$ 84,12 per barel, sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 0,12% menjadi US$ 80,23 per barel.
Sedangkan pada perdagangan kemarin, Brent ditutup melonjak 1,97% ke US$ 84,25 per barel dan WTI melejit 2,4% ke US$ 80,33 per barel.
"Pasar minyak mengalihkan fokusnya kembali ke fundamental, yang telah lemah selama beberapa waktu," kata Francisco Blanch, ahli strategi komoditas & derivatif BoFA, dikutip dari Reuters.
Dia menambahkan bahwa persediaan minyak mentah global dan penyimpanan produk olahan di Amerika Serikat (AS) dan Singapura, cenderung lebih tinggi.
Sementara itu, pertumbuhan permintaan minyak global melambat menjadi 890.000 barel per hari secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal pertama 2024 dan data menunjukkan pertumbuhan konsumsi kemungkinan akan semakin melambat pada kuartal kedua 2024.
Di lain sisi, output kilang minyak China turun 1,8% dari level tahun lalu pada Mei lalu, berdasarkan data dari Biro Statistik China (NBS), karena kilang-kilang tersebut melakukan perombakan pemeliharaan terencana dan margin pemrosesan tertekan oleh kenaikan biaya minyak mentah.
Pelaku pasar juga mencari petunjuk lebih lanjut mengenai suku bunga,dan bagaimana situasi permintaan AS akan berjalan dengan baik, seiring dengan pidato beberapa pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada pekan ini.
Namun, beberapa analis tetap optimis terhadap dampak harga dari perpanjangan pengurangan pasokan oleh kelompok OPEC+.
"Panduan terbaru yang diberikan oleh OPEC+, serta prospek pertumbuhan permintaan sebesar 2,25 juta barel per hari yang tidak berubah, menandakan stagnasi dalam pertumbuhan pasokan minyak untuk tahun 2024 dan risiko penurunan produksi pada tahun 2025," kata Patricio Valdivieso, wakil presiden Rystad Energy dan pimpinan global dalam analisis perdagangan minyak mentah, dilansir dari Reuters.
Sentimen investor telah pulih sejak OPEC+ mengejutkan para pelaku pasar dengan mengumumkan rencana untuk mulai meningkatkan produksi mulai awal Oktober mendatang.
Sementara itu, rebound harga minyak baru-baru ini disebabkan karena meningkatnya margin penyulingan yang kompleks, khususnya di Eropa dan Asia, juga mendukung pasar.
Margin penyulingan di kilang kompleks di Singapura rata-rata sebesar US$ 3,60 per barel pada Juni sejauh ini, dibandingkan dengan US$ 2,66 per barel pada Mei lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ditopang Kondisi Timur Tengah & Badai, Harga Minyak Bergairah Lagi
