Jelang Rilis Data Inflasi, Rupiah Makin Longsor ke Rp 15.855/US$

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
01 April 2024 09:10
Stok Rupiah (CNBC IndonesiaTri Susilo)
Foto: Stok Rupiah (CNBC IndonesiaTri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (1/4/2024), di tengah ramainya sentimen pasar pada pekan ini.

Berdasarkan data Refinitiv pada pukul 09:00 WIB, rupiah dibuka melemah tipis 0,03% ke posisi Rp 15.855/US$. Rupiah makin mendekati level psikologis Rp 15.900/US$.

Sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis pekan lalu, rupiah ditutup stagnan di angka Rp15.850/US$.

Rupiah kembali merana di pembukaan perdagangan hari ini, di tengah ramainya sentimen pasar pada pekan ini. Hal ini berkebalikan dari pekan lalu di mana sentimen pasar cenderung minim.

Pada hari ini saja, akan dirilis data inflasi Indonesia periode Maret 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi untuk periode Maret 2024, yang diperkirakan melesat pada Maret 2024 seiring meningkatnya permintaan selama Ramadan.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi Maret 2024 akan mencapai 0,38% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year-on-year/yoy) akan berada di angka 2,88% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 1,71%

Masih pada hari ini, data PMI manufaktur Indonesia untuk periode Maret 2024 juga akan dirilis. Konsensus Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2024 akan sedikit menurun menjadi 52,6, dari sebelumnya di angka 52,7 pada Februari lalu.

Data manufaktur RI pada Februari lalu menjadi yang pertama melandai dalam tiga bulan terakhir. PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 30 bulan terakhir

Terkait data manufaktur, sebelumnya pada hari Minggu negeri tirai bambu telah merilis PMI versi resmi (NBS) periode Maret 2024.

PMI manufaktur China periode Maret 2024 versi NBS dilaporkan mengalami kenaikan menjadi 50,8 dari sebelumnya di angka 49,1 pada Februari lalu. Ini menjadi yang pertama kalinya sejak September 2023 di mana PMI manufaktur China terus mencatatkan kontraksi sejak periode tersebut.

Selain itu, pada hari ini akan ada negeri Paman Sam yang akan merilis PMI periode Maret 2024.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur AS periode Maret 2024 versi ISM cenderung membaik sedikit menjadi 48,4, dari sebelumnya pada Februari lalu di angka 47,8.

Namun, PMI manufaktur ISM AS masih berada di zona kontraksi, yang menandakan bahwa sektor manufaktur Negeri Paman Sam mulai melambat efek dari inflasi yang masih tinggi dan ditahannya suku bunga acuan serta ketidakpastian kondisi global.

Ramainya sentimen pasar pada hari ini dan pekan ini tentunya akan menggerakkan rupiah. Namun, pasar akan melihat arah pergerakan pasar keuangan RI pada pekan ini, termasuk rupiah, mengingat pada pekan ini merupakan pekan terakhir sebelum Hari Raya Idul Fitri dan pekan depan pasar keuangan RI ditutup selama sepekan penuh.

Oleh karena itu, ada potensi rupiah kembali bergejolak pada hari ini hingga beberapa hari ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking! Rupiah Merana Lagi, Dolar AS Kini Tembus Rp15.800

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular