
Banyak Data Jelang Lebaran, Ini Analisa Nasib Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Volatilitas nilai tukar rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya masih tinggi hari ini, Senin (1/4/2024) lantaran banyak sentimen pada oawal pekan jelang lebaran.
Pada perdagangan Kamis akhir pekan lalu (28/3/2024), mata uang Garuda ditutup stagnan di level Rp 15.850/US$. Adapun rupiah terkoreksi ke posisi ini sejak Rabu, yakni melemah 0,41%. Rupiah kembali nyaris menyentuh level psikologis Rp 16.000/US$
Minimnya sentimen pasar di global dan dalam negeri membuat pasar keuangan kurang bergairah pada pekan lalu.
Dari domestik, investor juga tengah memantau perkembangan dari sidang sengketa Pemilihan Umum (Pemilu 2024).
Berlanjutnya gugatan hingga diterimanya pemeriksaan dapat menjadi sentimen negatif untuk pasar keuangan, sebab hal ini dapat menjadi kekhawatiran investor akan ketidakpastian kondisi politik Indonesia.
Meski demikian, data historis menunjukkan gugatan MK sejak 2004-2019 belum pernah dikabulkan.
Beralih ke hari ini, Senin (1/4/2024) akan menjadi hari yang mengawali pekan cukup sibuk sebelum perayaan hari raya Idulfitri.
Pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi untuk periode Maret 2024. Inflasi Indonesia diperkirakan melesat pada Maret 2024 seiring meningkatnya permintaan selama Ramadhan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi Maret 2024 akan mencapai 0,38% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year-on-year/yoy) akan berada di angka 2,88% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 1,71%
Masih pada hari ini, data PMI manufaktur Indonesia untuk periode Maret 2024 juga akan dirilis. Konsensus Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Indonesiapada Maret 2024 akan sedikit menurun menjadi 52,6, dari sebelumnya di angka 52,7 pada Februari lalu.
Data manufaktur RI pada Februari lalu menjadi yang pertama melandai dalam tiga bulan terakhir. PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 30 bulan terakhir
Terkait data manufaktur, sebelumnya pada hari Minggu negeri tirai bambu telah merilis PMI versi resmi (NBS) periode Maret 2024.
PMI manufaktur China periode Maret 2024 versi NBS dilaporkan mengalami kenaikan menjadi 50,8 dari sebelumnya di angka 49,1 pada Februari lalu. Ini menjadi yang pertama kalinya sejak September 2023 di mana PMI manufaktur China terus mencatatkan kontraksi sejak periode tersebut.
Selain itu, pada hari ini akan ada negeri Paman Sam yang akan merilis PMI periode Maret 2024.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur AS periode Maret 2024 versi ISM cenderung membaik sedikit menjadi 48,4, dari sebelumnya pada Februari lalu di angka 47,8.
Namun, PMI manufaktur ISM AS masih berada di zona kontraksi, yang menandakan bahwa sektor manufaktur Negeri Paman Sam mulai melambat efek dari inflasi yang masih tinggi dan ditahannya suku bunga acuan serta ketidakpastian kondisi global.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah potensi bergerak volatile mengingat tren masih berlanjut dalam pelemahan. Resistance atau posisi pelemahan terdekat yang perlu diantisipasi ada di posisi Rp15.875/US$, ini didapatkan dari high candle intraday pada akhir perdagangan pekan lalu.
Jika ini tertembus, peluang semakin melemah ke level psikologis Rp16.000/US$ semakin meningkat. Di sisi lain, jika terjadi pembalian arah menguat, posisi terdekat yang bisa diuji di posisi Rp15.825/US$ yang didasarkan pada garis MA50.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indek Dolar Melesat, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?