
Punya Harta Triliunan, Ini 5 Konglomerat Penguasa Bank di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan merupakan satu sektor yang memberikan keuntungan besar bagi pemiliknya. Buktinya, net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih perbankan di Tanah Air merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Di kawasan Asia Tenggara, NIM perbankan Indonesia duduk di urutan kedua, setelah Kamboja.
Selain itu bukti manisnya industri perbankan di Indonesia juga dapat dilihat dari aliran deras investasi asing ke sektor tersebut. Sebut saja investor dari Jepang, Korea Selatan, Singapura, hingga Thailand yang belakangan terbilang agresif menggelontorkan modalnya bank di Indonesia.
Di luar itu, ada lima konglomerat Indonesia yang ternyata sumber hartanya berasal dari bank. Lantas, siapa saja para konglomerat yang memiliki bisnis perbankan tersebut?
Berikut adalah ulasannya:
1. Hary Tanoesoedibjo (Bank MNC)
Bisnis Hary Tanoesoedibjo tak hanya media saja, tapi juga ada di bidang perbankan dengan mendirikan Bank MNC.
Bank ini pun tengah dalam proses merger dengan bank konglomerat lainnya, yakni Bank Nobu milik James Riady.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi terakhir, per kuartal III-2023, mencatat laba bersih Rp 57,97 miliar, naik tipis atau 0,8% secara tahunan (yoy).
Adapun pada 2022, HT duduk di peringkat 39 dari daftar 50 Orang Terkaya Indonesia versi Forbes dengan total harta US$ 1,09 miliar.
2. Duo Hartono
Jika harta R. Budi Hartono dan Michael Hartono digabung, keduanya tercatat sebagai orang nomor 1 terkaya di Indonesia. Melansir Forbes, kekayaan pemilik grup Djarum tersebut pada 2023 senilai US$ 48 miliar.
Adapun tangan Hartono di industri perbankan Indonesia diwakili oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau BCA. Grup Djarum menguasai BBCA sesaat pascakrisis ekonomi Asia 1997-1998, dengan mengambil alih perusahaan dari genggaman konglomerat kaya-raya lainnya yakni Salim.
Dikutip dari situs resmi BCA, pada 2002, Grup Djarum masuk melalui Farindo Investments Ltd, mengambil alih 51% total saham BCA melalui proses tender strategic private placement. Informasi saja, Farindo Investments adalah perusahaan cangkang atau special purpose vehicle (SPV) yang terdaftar di Mauritius, sebuah wilayah tax haven.
Namun, pada akhir 2016, Djarum melakukan perubahan kepemilikan saham dari Farindo Investments ke perusahaan domestik PT Dwimuria Investama Andalan melalui transaksi tutup sendiri alias crossing saham sebesar 11,62 miliar saham atau 47,15%.
3. Mu'min Ali Gunawan (Bank Panin)
Bank Panin merupakan bank swasta yang dimiliki Mu'min Ali Gunawan. Dia berbagi kepemilikan menjadi pemegang saham ANZ Group yang berasal dari Australia.
Dalam struktur pemegang saham, Mukmin Ali menjadi salah satu pengendali saham di Bank Panin lewat PT Panin Financial Tbk. Mu'min berbagi saham dengan ANZ Banking Group yang menguasai 38,82% saham emiten bank bersandi PNBN ini melalui Votraint No.1103 Pty Ltd.
Sementara itu Bank Panin membukukan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik sebesar Rp 2,53 triliun per Desember 2023, turun 16,77% secara tahunan (yoy).
4. Dato Sri Tahir (Bank Mayapada)
Dato Sri Tahir adalah pemilik Bank Mayapada. Ia juga masuk dalam deretan orang terkaya di Indonesia. Dia duduk di urutan ke-14 dengan harta US$ 4,2 miliar.
Melansir Forbes, Tahir mengumpulkan pundi-pundi kekayaan melalui grup Mayapada yang memiliki usaha di bidang perbankan, layanan kesehatan, dan properti.
Dia juga merupakan suami dari Rosy, anak dari konglomerat pendiri Lippo Group, Mochtar Riady.
Dato Sri Tahir berbagi kepemilikan struktur pengendali saham PT Bank Mayapada Internasional Tbk dengan perusahaan asal Taiwan, Cathay Insurance.
5. Eka Tjipta Widjaja (Bank Sinar Mas)
Bank Sinarmas di bawah bendera Sinarmas Group, salah satu bank swasta cukup ternama. Bank ini didirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja dan didirikan pada 18 Agustus 1989.
Awalnya bernama PT Bank Shinta Indonesia, tapi kemudian berubah menjadi Bank Sinarmas.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Syarat UMKM Yang Bisa Dapat Kredit Baru Setelah Dihapus Tagih!
