Inflasi AS Terbang, Kripto Longsor

rev, CNBC Indonesia
Rabu, 13/03/2024 09:30 WIB
Foto: REUTERS/Christinne Muschi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto mayoritas berada di zona merah hari ini (13/3/2024) pasca inflasi Amerika Serikat (AS) di atas ekspektasi pasar.

Merujuk dari CoinMarketCap pada Rabu (13/3/2024) pukul 7:55 WIB, pasar kripto didominasi penurunan. Bitcoin melemah 0,81% ke US$71.520,87 meskipun secara mingguan berada di zona positif 12,31%.

Ethereum berada di zona merah 2,16% dalam 24 jam terakhir kendati dalam sepekan masih naik 11,3%.


XRP ambles 4,64% secara harian meskipun secara mingguan mengalami apresiasi 16,18%.

Begitu pula dengan Dogecoin yang ambruk 6,11% dalam 24 jam terakhir kendati dalam tujuh hari terakhir masih menguat 8,3%.

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun 1,22% ke angka 2.999,16. Open interest terapresiasi 0,14% di angka US$72,97 miliar.

Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 92 yang menunjukkan bahwa pasar berada di fase sangat optimis dengan kondisi ekonomi dan industri kripto saat ini.

Dilansir dari coindesk.com, perusahaan layanan investasi kripto Matrixport mencatat dalam pembaruan pasar hari Selasa bahwa reli bitcoin menunjukkan tanda-tanda memudarnya momentum.

Laporan tersebut menyoroti perbedaan antara harga BTC yang tinggi dan penurunan indeks kekuatan relatif (RSI), indikator momentum yang diikuti secara luas berdasarkan kecepatan dan ukuran perubahan harga suatu aset.

"Kami telah bullish pada bitcoin sejak akhir Januari, namun analisis risk-reward mendukung periode konsolidasi," kata analis Matrixport. "Pasar bullish ini masih memiliki kekuatan, namun perbedaan antara RSI yang menurun dan harga Bitcoin yang masih tinggi dapat menandakan bahwa Bitcoin perlu melakukan konsolidasi sebelum kembali menguat.

Area US$69.000 adalah level harga utama untuk bitcoin, mengingatkan pada puncak pasar bullish pada tahun 2021, di mana harga dapat memperoleh dukungan jangka pendek.

Di lain sisi, inflasi Amerika Serikat (AS) yang masih cukup panas juga memberikan tekanan bagi risk asset termasuk kripto.

Inflasi AS pada bulan Februari lebih tinggi dari perkiraan pada hari Selasa sebelumnya, dengan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 3,2%, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi analis. Inflasi yang kaku tahun ini dapat membuat bank sentral AS (Federal Reserve) enggan menurunkan suku bunganya.

Kendati inflasi AS sedikit memberikan pengaruh bagi kripto, namun analis riset utama di Nansen.ai, Aurelie Barthere mengatakan bahwa terlalu banyak momentum bullish dalam kripto.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Awasi Ketat Kripto, Fokus pada Aktivitas Domestik