Saham Antam (ANTM) Melesat & Jadi Top Movers, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan emas, nikel, dan mineral lainnya yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terpantau melonjak pada perdagangan sesi I Selasa (13/2/2024), di tengah lesunya Indeks Hagra Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini.
Hingga pukul 12:00 WIB, saham ANTM melonjak 6,83% ke posisi Rp 1.565/unit. Saham ANTM bergerak di rentang harga Rp 1.485 - Rp 1.580.
Bahkan, saham ANTM menjadi saham yang turut menahan koreksi IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 2,05 indeks poin.
Saham ANTM sudah ditransaksikan sebanyak 16.288 kali dengan volume sebesar 88,07 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 135,89 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 37,61 triliun.
Hingga pukul 12:00 WIB, di order bid atau beli, pada harga Rp 1.565/unit menjadi antrean beli yang paling banyak pada sesi I hari ini yakni mencapai 17.702 lot atau sekitar Rp 2,8 miliar.
Sementara di order offer atau jual, pada harga Rp 1.590/unit menjadi antrean jual yang paling banyak pada sesi I hari ini yakni mencapai 42.891 lot atau sekitar Rp 6,8 miliar.
Belum diketahui penyebab pasti melesatnya saham ANTM pada sesi I hari ini. Namun, saham ANTM sempat merana pada periode perdagangan 31 Januari-7 Februari 2024.
Saat itu, saham ANTM terpuruk setelah perseroan menyampaikan laporan kuartalan periode kuartal IV-2023 yang dipublikasikan pada 31 Januari 2024.
Antam mencatatkan penurunan penjualan tiga produk andalannya yakni emas sebanyak 25%, feronikel terkoreksi 16%, dan perak 18% pada 2023 dibanding 2022. Penurunan tersebut sejalan dengan produksinya yang juga berkurang dibanding tahun sebelumnya.
Sementara tiga komoditas Antam lainnya yakni bijih nikel, bauksit, dan alumina mengalami kenaikan penjualan.
Dalam laporan keuangan kuartalan tersebut, komoditas emas yang menjadi andalan Antam mengalami penurunan penjualan 25,27% menjadi 26,129 kg dari tahun sebelumnya 34.967 kg.
Produk andalan Antam lainnya yakni feronikel juga terkoreksi 16,82% dari 24.210 ton menjadi 20.138 ton, dan penjualan perak turun 19,68% dari 11.470 kg menjadi 9.213 kg.
Merosotnya penjualan tersebut sejalan dengan produksinya yang juga turun. Sepanjang 2023, produksi emas Antam berkurang 4,73% dari 1.268 kg menjadi 1.208 kg dan produksi feronikel turun 11,76% dari 24.334 ton menjadi 21.473 ton, sementara produksi perak bertambah dari 8.203 kg menjadi 8.267 kg.
Sementara itu, penjualan bijih nikel, bauksit dan alumina Antam (ANTM) sepanjang 2023 masih mencatatkan kenaikan. Penjualan bijih nikel Antam meningkat dari 7 juta ton pada 2022 menjadi 11,71 juta ton di 2023, disusul bauksit dari 1,24 juta ton menjadi 1,49 juta ton, dan alumina dari 143.990 ton menjadi 146.238 ton.
Pada periode sama, produksi bijih nikel Antam juga bertambah menjadi 13,45 juta ton dari 8,62 juta ton di 2022, disusul komoditas bauksit yang produksinya naik menjadi 2,01 juta ton pada 2023 dari tahun sebelumnya 1,65 juta ton, serta alumina dengan peningkatan produksi dari 151.565 ton menjadi 160.940 ton.
Manajemen Antam menyebut, produksi bauksit yang sebanyak 2,01 juta ton pada 2023 ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik alumina dan penjualan kepada pelanggan pihak ketiga, dan produksi bijih nikel 13,45 juta ton pada tahunn lalu digunakan sebagai bahan baku pabrik feronikel Antam, serta penjualan kepada pelanggan domestik.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)