Menuju Zero Backlog 2045, J Trust Bank Siapkan Jurus Ini

Paulus Yoga, CNBC Indonesia
07 February 2024 15:41
Staf J Trust Bank tengah melakukan aktivitas perbankan.
Foto: Dok: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank J Trust Bank Indonesia Tbk (BCIC) atau J Trust Bank mendorong kinerja lini bisnis mortgage atau KPR. Tidak tanggung-tanggung, optimisme manajemen bank yang terafiliasi dengan J Trust Group asal Jepang ini membidik 10% dari total penyaluran KPR baru industri perbankan.

Optimisme perseroan berhembus dengan kenyataan masih besarnya backlog perumahan di Tanah Air. Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Agustus lalu, dia menyebut backlog perumahan masih sebanyak 12 juta. Sementara Indonesia Emas punya visi Zero Backlog pada 2045. Gap yang masih besar di sektor perumahan ini menjadi salah satu pendorong bagi J Trust bank.

Di Indonesia sendiri, segmen di sektor perumahan atau KPR terbagi menjadi dua, middle low dan middle up. Bisa diartikan, pembiayaan yang diberikan di sektor perumahan terbagi, bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dan berpenghasilan menengah ke atas.

"Kami mulai fokus di KPR utamanya di segmen middle up," ujar KPR Deputy Division Head J Trust Bank, Erik Syahfasat kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

Untuk mengakomodasi rencana tersebut, perseroan siap menggandeng developer-developer besar. Adapun proyek perumahan yang dibidik J Trust Bank untuk dibiayai adalah yang berlokasi di Jabodetabek dan beberapa kota besar lain di Indonesia. Dalam waktu dekat bank berkode saham BCIC ini juga akan merampungkan proses MoU dengan developer untuk 40 proyek perumahan termasuk di dalamnya proyek perumahan ramah lingkungan.

Amunisi yang disiapkan untuk menjaring nasabah KPR di segmen middle up pun telah disiapkan. Erik menyebut, pihaknya sudah menyiapkan program cicilan ringan, bunga rendah 3,25% fixed rate 1 tahun. Bahkan menyiapkan tenor KPR hingga 30 tahun. Ini tentunya ditujukan bagi para nasabah milenial atau first home buyer.

"Keunggulannya tenor 30 tahun, suku bunga kompetitif," tukasnya.

Salah satu pertimbangan manajemen J Trust Bank untuk segmen middle up KPR adalah karakter nasabahnya "Karena nasabah middle-up (segmen) memiliki karakter yang cukup unik. Mereka biasa melakukan pelunasan di awal atau bahkan top-up pinjaman" imbuh Erik.

Hal tersebut, menurutnya, terkonfirmasi ketika Pandemi COVID-19 berlangsung. Di mana tidak hanya memberikan new booking KPR, melainkan sisi kualitas kredit pun tetap terjaga.

"Di 2020 agak rem tapi tetap on the track. 2021 (saat Pandemi COVID-19) meningkat, karena middle-up nasabah ternyata memiliki daya beli yang relatif kuat. Jadi pembelian tempat tinggal dengan KPR malah meningkat," ucapnya.

Dia menjelaskan, dengan banyaknya kebijakan perusahaan untuk melakukan kebijakan pemotongan upah justru menjadi berkah atau a blessing in disguise bagi bisnis bank. Karena secara alami akan menyeleksi kemampuan calon debitur, dalam hal ini seperti yang terjadi di bisnis KPR J Trust Bank.

Seiring dengan kebijakan bank untuk memacu mesin KPR, outstanding KPR J Trust Bank semakin meningkat, "Oktober year to date (2023) capaian KPR J Trust Bank sudah hampir 100% dari target. Target 2024 dikalikan dua" ucap Erik optimis.

Kendati dari sisi kontribusi masih belum mencapai nilai triliunan, namun manajemen J Trust Bank yakin optimisme di lini bisnis KPR sejalan dengan program pemerintah.

Setelah cukup sukses dengan program Satu Juta Rumah (PSR), dengan total rumah terbangun hingga 7.288.815 unit selama periode 2016-2022. Bila ditambahkan dengan realisasi PSR tahun ini, yang hingga November mencapai 1.111.141 unit. Maka program tersebut sudah menghasilkan nyaris 8,4 juta unit rumah.

Tahun ini, pemerintahan kembali mendorong demand kepemilikan rumah, lewat kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Hal tersebut disahkan pemerintah lewat penerbitan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 120 Tahun 2023 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Rumah Tapak dan Satuan Rumah Susun yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2023.

Pemerintah telah beberapa kali mengeluarkan kebijakan tersebut untuk mendorong sektor perumahan yang dinilai sebagai sektor yang memiliki efek berganda (multiplier effect) sangat besar. Tujuan akhirnya tentu adalah untuk menjaga laju pertumbuhan perekonomian nasional.

Menyikapi persoalan backlog perumahan memang perlu pendekatan yang tidak biasa dan perlu peran aktif seluruh pemangku kepentingan. Baik pemerintah, developer atau pengembang perumahan sebagai penyedia pemukiman, juga perbankan sebagai pendukung utama sektor perumahan lewat produk KPR. Untuk itu, J Trust Bank pun tengah menyiapkan program baru, seperti bundling dengan produk tabungan.

"Optimis capai target KPR karena potensi masih sangat besar," tutup Erik.

 


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eksis di 6 Negara, Segini Kontribusi J Trust Bank Buat Grup

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular