Ini Senjata Bank Indonesia Dorong Kredit Bank Sepanjang 2024

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
30 January 2024 10:40
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam acara Konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2024 di Kementerian Keuangan, Selasa (30/1/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam acara Konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2024 di Kementerian Keuangan, Selasa (30/1/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia membeberkan sejumlah kebijakan makroprudensial untuk mendorong penyaluran kredit bank. Hal ini dilakukan guna menjaga pertumbuhan ekonomi Tanah Air. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan telah melonggarkan kebijakan makroprudensial melalui insentif likuiditas kepada bank agar dapat menggenjot kredit kepada sektor prioritas, seperti hilirisasi minerba, pertanian, perkebunan, perikanan, perumahan, pariwisata, dan UMKM. 

"Kami terus tingkatkan penambahan insentif likuiditas ini sehinnga sekarang jumlah insentif mencapai Rp 165 triliun sampai Desember 2023," katanya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2024, Selasa (30/1/2024).

Selain itu, BI juga telah menurunkan rasio penyangga likuiditas markoprudensial (PLM) sebanyak 100 basis poin (BPS) dari 6% menjadi 5% untuk bank umum konvensional dan 4,5% ke 3,5% untuk bank syariah. Hal ini dilakukan agar bank memiliki fleksibilitas untuk mengelola dana untuk disalurkan dalam bentuk kredit. 

BI juga melanjutkan kebijakan rasio loan to value (LTV) 100% untuk semua jenis kredit properti dan juga kendaraan bermotor baru. Kebijakan ini berlaku bagi bank yang memiliki rasio kredit bermaslaah atau nonperforming loan (NPL) tidak lebih dari 5%. 

Sebelumnya, Perry mengatakan bahwa kredit perbankan sepanjang 2023 naik 10,38% secara tahunan (yoy). Angka ini berada dalam kisaran atas perkiraan Bank Indonesia.

Sebagai informasi BI menargetkan pertumbuhan kredit mencapai 9%-11% yoy pada 2023. Pertumbuhan kredit sejalan dengan kinerja positif korporasi dan rumah tangga.

"Dari sisi penawaran peningkatan kredit didorong risk appetite perbankan dan kapasitas likuiditas perbankan yang terjaga baik termasuk dampak positif kebijakan likuiditas BI," katanya.

Perry melanjutkan berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi dan modal kerja, masing-masing, tumbuh 12,26% yoy dan 10,05% yoy.

Sementara itu secara sektoral, pengangkutan jasa, perdagangan, serta listrik dan gas air menopang pertumbuhan kredit tahun lalu.

Adapun Perry merinci pembiayaan syariah per Desember 2023 tumbuh 15,8% yoydan kredit UMKMnaik 8,03% yoy.

Pertumbuhan kredit tersebut juga diikuti oleh kredit bermasalah yang terjaga. Rasio nonperforming loan (NPL) gross per Desember 2023 sebesar 2,19% dan rasio NPL net 0,75%.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI: Pertumbuhan Kredit Capai 11,83% per Januari 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular