
Dana Asing Masih Deras, Rupiah Cetak Kinerja Terbaik 3 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di saat derasnya aliran dana asing ke pasar keuangan domestik serta sikap wait and see pelaku pasar perihal data ketenagakerjaan AS.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.415/US$ atau terapresiasi 0,06%. Posisi rupiah saat ini merupakan yang terbaik sejak 25 September 2023 atau sekitar tiga bulan terakhir.
Sementara DXY pada pukul 15.02 WIB turun 0,23% menjadi 100,76. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (27/12/2023) yang berada di angka 100,98.
Rupiah ditutup menguat di tengah berbagai sentimen positif khususnya derasnya aliran dana asing yangt terjadi pekan lalu serta sikap pelaku pasar yang masih wait and see perihal data ketenagakerjaan AS.
Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) merilis data terbaru per tanggal 18-21 Desember 2023 menunjukkan bahwa investor asing terus mencatatkan pembelian neto di pasar keuangan domestik.
Total pembelian bersih mencapai Rp6,37 triliun, dengan sebagian besar transaksi terjadi di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp4,97 triliun, diikuti oleh pasar saham Rp1,52 triliun, dan Surat Berharga Negara (SBN) Rp0,12 triliun. Inflow asing yang berlangsung selama enam pekan berturut-turut dengan total lebih dari Rp40 triliun net buy, dan lebih dari Rp25 triliun di SRBI.
Pengaruh positif dari sentimen inflow asing menciptakan likuiditas yang melimpah di pasar saham, sehingga dapat membangun kepercayaan pelaku pasar domestik. Masuknya dana asing didukung oleh pasar negara berkembang yang masih memiliki ruang pertumbuhan yang besar di tengah kemungkinan era suku bunga tinggi akan perlahan dipangkas.
Selain itu, pada malam hari ini akan dirilis data ketenagakerjaan AS dalam hal klaim pengangguran awal dan klaim pengangguran lanjutan.
Klaim pengangguran awal diekspektasikan mengalami kenaikan menjadi 210 ribu dari periode sebelumnya sebesar 205 ribu. Sementara klaim pengangguran lanjutan juga diproyeksikan bertambah menjadi 1,875 juta dari yang sebelumnya 1,865 juta.
Jika data nanti malam tercatat lebih tinggi dibandingkan konsensus, maka hal ini akan memberikan angin segar bagi perekonomian global termasuk Indonesia.
Lebih lanjut, hal tersebut menandakan bahwa semakin banyaknya pengangguran yang mengajukan klaim di AS menunjukkan bahwa daya beli masyarakat berpotensi menurun dan berujung pada terkendali inflasi AS.
Jika inflasi di AS semakin melandai, hal ini semakin memperbesar peluang bank sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunganya di tahun depan.
Sebagai catatan, berdasarkan dokumen dot plot Desember, diekspektasikan bahwa The Fed akan memangkas setidaknya tiga kali atau sedikitnya 75 basis poin (bps) atas suku bunga acuannya pada 2024. Hal ini berdampak pada lemahnya DXY.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer