
BTN Optimis Bisa Tebar Dividen Tahun Buku 2023 Sebesar 20%

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) atau BTN yakin bakal kembali membagi dividen tahun buku 2023 dengan besaran 20% dari laba bersih. Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu menyebut pihaknya bisa mempertahankan besaran dividen payout ratio sebelumnya.
"Dividen payout-nya, kita masih optimis 20%," ujar Nixon pada saat Public Expose Live BEI, Rabu (29/11/2023).
Seperti diketahui, sebelumnya BTN telah membagikan dividen sebesar Rp609 miliar atau 20% dari laba bersih tahun buku 2022 sebesar Rp3,04 triliun. Jumlah untuk setiap pemegang saham adalah sebesar Rp43,39 per saham.
Sementara untuk tahun ini, Nixon menyebut pihaknya merencanakan menutup akhir tahun dengan perolehan laba Rp3,2 triliun, naik 8% secara tahunan (yoy). Namun begitu, pada kuartal III-2023 laba BTN naik tipis 1,67% yoy menjadi Rp2,31 triliun.
Nixon menjelaskan penyebab lesunya pertumbuhan laba sembilan bulan pertama tahun ini karena pada awal tahun, BTN berupaya menahan peningkatan biaya pendanaan atau cost of fund (CoF) yang ia sebut cukup 'dahsyat' karena kenaikan suku bunga acuan.
"At the other side memang kita memiliki 56-60% portfolio KPR subsidi bunganya juga jadi naik karena pake reference rate BI 12 months reverse repo. Tapi kan cuma 56-60%, sisanya masih bunganya sama. Sehingga terjadi tekanan di NIM. NIM kami sempat turun," jelas Nixon.
Namun begitu, net interest margin (NIM) BTN mulai bangkit ke 3,76% di kuartal II-2023. Bank pelat merah itu berharap dapat mencapai NIM 3,8% pada akhir tahun. Selain itu, fee based income juga diharapkan bisa tumbuh. Nixon menyebut BTN membidik fee based income dapat mencapai Rp3 triliun atau mencapai rasio 10%.
Selain itu, Nixon menyebut BTN memiliki outstanding KPR macet sebesar Rp500 miliar di PT Asuransi Jiwasraya (Persero) atau Jiwasraya yang kini diambil alih oleh IFG Life.
"Kita ada satu deal yang kita sepakati dibayar Desember. Yaitu, pembayaran Asuransi Jiwasraya atas asuransi kredit di masa lalu kami udah bicara dengan holding untuk bayar angka klaim Rp700 miliar. Yang di-asses mereka, hari ini masih Rp500 miliar. Makanya bisa sampe Rp600 miliar," pungkasnya.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Rumah Subsidi Naik, BBTN Makin Cuan!