BI Siaga! Ogah Lagi Kena 'PHP' AS

Maikel Jefriando, CNBC Indonesia
13 November 2023 08:05
Gedung BI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Raja Ampat, CNBC Indonesia - Ketidakpastian ekonomi global yang bersumber dari Amerika Serikat (AS) masih mengkhawatirkan banyak negara. Indonesia salah satunya, sekalipun diperkirakan pengetatan moneter AS akan berakhir.

"Diperkirakan the fed higher for longer dalam jangka waktu lama," kata Ramdan Denny Prakoso, Direktur Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia dalam bincang media di Raja Ampat, pada akhir pekan lalu.

Proyeksi terbaru bahkan menyebutkan suku bunga acuan AS akan mulai turun pada akhir semester I-2024. Meskipun Bank Sentral AS tetap akan mengacu pada data perekonomian terakhir sebelum pengambilan kebijakan, meliputi di antaranya inflasi dan tenaga kerja.

Sekalipun ini mengurangi ketidakpastian, BI tetap akan hati-hati ke depannya. Hal ini untuk menghindari tekanan yang terlalu berat bagi pasar keuangan dalam negeri, terutama rupiah.

"Tahun lalu dan tahun ini cukup ajarkan kita di PHP-in sama data-data ini. Kita senang tapi tetap waspada, siaga itu perlu, semua kita monitor," paparnya.

Posisi SRBI per 8 November 2023 telah mencapai Rp 147,32 triliun, dengan komposisi terbesar pada tenor 12 bulan.Foto: Bank Indonesia
Posisi SRBI per 8 November 2023 telah mencapai Rp 147,32 triliun, dengan komposisi terbesar pada tenor 12 bulan.

Dalam catatannya, rupiah nyaris menyentuh level Rp 16.000 meskipun kini sudah menguat ke level Rp 15.600. Sejak akhir tahun lalu (year to date) rupiah melemah 0,52%, lebih baik dibandingkan dengan banyak negara setara.

Volatilitas rupiah cukup baik pada level 8,59%. Hanya mata uang peso Filipina dan rupee India yang berada di bawah Indonesia.

Langkah siaga yang ditempuh BI antara lain memastikan fundamental ekonomi kuat, meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi dan transaksi berjalan (current account). Hal lain yang juga menjadi perhatian investor adalah defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan sosial politik.

"Sosial politik masih stabil walaupun jelang pemilu," ujarnya.

Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menjaga stabilitas rupiah. Salah satunya menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate menjadi 6% pada September 2023.

Di samping juga menerbitkan instrumen baru seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)pada September dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI)pada November 2023.

"BI tidak diam, selalu berinovasi memunculkan instrumen baru yang bisa membuat kita lebih agile menghadapi kondisi underpresure tadi," kata Ramdan.

Berikut ini perbedaan instrumen SVBI dan SUVBI dengan instrumen operasi moneter yang lainnya.Foto: Bank Indonesia
Berikut ini perbedaan instrumen SVBI dan SUVBI dengan instrumen operasi moneter yang lainnya.

BI, lanjut Ramdan akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental. BI selalu berada di pasar memonitor langsung serta melakukan intervensi di pasar spot, DNDF dan obligasi pemerintah agar volatilitas rupiah terjaga.

"Kita ingin menghindari pelemahan terlau cepat berdampak ke kondisi panik di pasar uang," ujarnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular