Cadev Turun, Neraca Dagang China Susut, Rupiah Waspada!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Rabu, 08/11/2023 08:43 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terpantau melemah lagi kembali ke level psikologis Rp15.600/US$ lantaran cadangan devisa Indonesia  yang susut dan neraca dagang China yang terkontraksi. 

Melansir data Refinitiv,  rupiah ditutup di angka Rp15.625/US$ atau melemah 0,58% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (7/11/2023). Hal ini memutus tren penguatan yang terjadi tiga hari beruntun.

Pelemahan rupiah ini terjadi pasca cadangan devisa (cadev) Indonesia diumumkan kembali turun hingga neraca dagang China yang surplus namun semakin menyempit.


Kemarin (7/11/2023), Bank Indonesia (BI) telah merilis data cadev yang hampir sesuai dengan proyeksi pasar. Posisi cadev Indonesia pada akhir Oktober 2023 tercatat sebesar US$133,1 miliar, menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2023 sebesar US$134,9.

Penurunan posisi cadev tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan sehubungan dengan semakin meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Kekhawatiran pasar semakin meningkat karena posisi cadev saat ini merupakan yang terendah di sepanjang 2023. Jika penurunan ini terus berlanjut, maka kemampuan pemerintah dalam membayar utang luar negeri serta menstabilkan mata uang Garuda akan semakin terbatas.

Sementara neraca dagang China pun mengalami penurunan menjadi US$56,53 miliar meskipun masih tetap surplus. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak Februari 2023. Hal ini menjadi perhatian investor mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Sebagai mitra dagang Indonesia, kondisi di China menjadi sangat berpengaruh terhadap perekonomian domestik. Dengan turunnya neraca dagang China dan tingginya impor, maka hal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi rupiah kemarin.

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang menjadi penggerak pasar keuangan hari ini baik yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri.

Pertama dari Bank Indonesia (BI) akan merilis Laporan Survei Konsumen periode Oktober yang mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi. Survei Konsumen BI pada September 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ada di level 121,7.

Indeks melandai ke level terendah sepanjang tahun ini. Menarik disimak apakah Indeks Keyakinan Konsumen yang tercermin melalui Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) akan tetap menyusut sejalan dengan melandainya ekonomi.

Selanjutnya, pada Rabu (8/11/2023) malam hari, Powell akan memberikan pidato pembuka untuk acara merayakan seratus tahun Divisi Riset dan Statistik.

Divisi Penelitian dan Statistik (R&S) dibentuk pada tahun 1923 ketika Divisi Analisis dan Penelitian dikonsolidasikan dengan Divisi Statistik. Divisi R&S telah lama bertanggung jawab untuk memberikan dukungan penting kepada Dewan Direksi dan Federal Open Market Committee (FOMC) dalam berbagai masalah ekonomi dan keuangan.

Divisi ini juga menghasilkan beberapa survei dan rilis statistik Dewan, termasuk Survei Keuangan Konsumen, Neraca Keuangan Amerika Serikat, dan Indeks Produksi Industri. Selain itu, staf R&S menghasilkan penelitian akademis yang meningkatkan pemahaman masyarakat tentang inflasi, pengangguran, perkembangan keuangan, dan banyak topik lainnya.

Teknikal Rupiah 

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah maish dalam tren penguatan, hanya saja pada perdagangan kemarin, Selasa (7/11/2023) rupiah sempat melemah kembali ke level psikologis Rp15.600/US$, dengan begitu posisi ini menjadi support yang potensi diuji jika rupiah ada penguatan lanjutan.

Sementara posisi resistance bisa dicermati pada posisi Rp15.660/US$, posisi ini diambil dari garis rata-rata selama 50 jam atau moving average 50 (MA50). 

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS