
The Fed Tahan Suku Bunga, Rupiah Siap Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja pasar keuangan Tanah Air diharapkan bisa mulai bangkit setelah pengumuman bank sentral Amerika Serikat (AS) semalam yang sesuai ekspektasi, yakni menahan suku bunga.
Pada perdagangan kemarin, Rabu (1/11/2023) nilai tukar rupiah melemah 0,21% ke posisi Rp15.930/US$.
Pelemahan kemarin sejalan dengan sikap wait and see pelaku pasar terhadap ketidakpastian eksternal terutama dari The Fed. Hari ini, Kamis (2/11/2023) bank sentral AS tersebut secara resmi telah menahan suku bunga sesuai dengan ekspektasi, harapannya ini bisa menjadi pemanis bagi pergerakan rupiah hari ini.
Sesuai ekspektasi pasar, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25%-5,50%, Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Dengan tidak adanya kenaikan maka dana asing diharapkan bisa kembali ke pasar emerging market seperti Indonesia. Kebijakan the Fed itu juga diharapkan bisa membuat dolar AS melemah serta imbal hasil US treasury melandai.
Adapun indeks dolar masih terbang tinggi ke 106,88 pada perdagangan Rabu (1/11/2023), dari 106,66 pada hari sebelumnya. Namun, imbal hasil US treasury 10 tahun sudah melandai ke 4,73% dari 4,88% pada hari sebelumnya.
Chairman The Fed Jerome Powell juga mengingatkan The Fed belum membuat keputusan apapun terkait suku bunga untuk Desember mendatang. Semua keputusan akan sangat bergantung pada perkembangan data.
"Komite tetap menetapkan target inflasi di kisaran 2%. Dalam menetapkan kebijakan moneter, komite akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari pengetatan moneter, dampak ekonomi, dan perkembangan sektor keuangan," tulis The Fed dalam keterangan resminya.
Kendati demikian, tetap perlu diantisipasi dari data terbaru tenaga kerja AS menunjukkan pasar masih panas.
AS kemarin melaporkan data tenaga kerja Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS). Data terbaru menunjukkan penciptaan lapangan kerja naik 56.000 menjadi 9,55 juta pada September, level tertingginya dalam empat ulan terakhir. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar di 9,25 juta.
Sementara itu, hari ini AS akan mengumumkan data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 28 Oktober.
Tak hanya itu, setelah The Fed, hari ini bank sentral Inggris akan mengumumkan kebijakan suku bunga. Bank sentral Inggris (BoE) diperkirakan akan menahan suku bunga acuan di 5,25%.
Teknikal Rupiah
Pergerakan rupiah masih dalam tren pelemahan dalam basis waktu selama satu jam. Bahkan gerak rupiah masih berada di atas garis rata-rata selama 20 jam, 50 jam, 100 jam, dan 200 jam (Moving Average/MA 20,50,100, dan 200).
Tren pelemahan rupiah masih sulit ditembus ke bawah jika garis MA terdekat belum bisa ditembus, kini MA20 menjadi support terdekat sebagai target penguatan ke area Rp15.920/US$.
Area tersebut juga semakin berdekatan dengan level psikologis Rp15.900/US$ yang bisa jadi support selanjutnya, apabila rupiah menguat menembus MA20. Kendati demikian, pelaku pasar juga patut mencermati resistance kuat pada level psikologis Rp16.000/US$ sebagia target pelemahan lanjutan rupiah dalam jangka pendek.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menanti Inflasi AS, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?
