BI Tahan Suku Bunga & The Fed Belum Dovish, Bagaimana Nasib Rupiah?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
22 February 2024 07:56
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mulai menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan. Namun, mata uang Garuda tampaknya masih akan dapat tekanan dari risalah FOMC minutes the Fed yang lagi-lagi belum memberi sinyal dovish.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah tercatat menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) 0,16% di angka Rp15.630/US$ pada perdagangan kemarin, Rabi (21/2/2024). Apresiasi ini mematahkan tren pelemahan yang telah terjadi empat hari beruntun.


Penguatan rupiah terjadi kemarin sejalan dengan BI yang memutuskan menahan suku bunganya di level 6% untuk keempat kalinya sejak terakhir menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada Oktober 2023.

Suku bunga deposit facility juga diputus tetap di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Februari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (21/2/2024).

Hal ini sejalan dengan konsensus yang telah dihimpun dari 12 instansi oleh CNBC Indonesia yang memperkirakan BI masih akan menahan suku bunganya secara absolut di level 6%.

Beralih pada hari ini, Kamis (22/2024) sentimen dalam negeri yang akan pengaruhi rupiah datang dari data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan transaksi berjalan.

BI akan merilis data transaksi berjalan dan NPI periodr kuartal IV-2023 dan keseluruhan tahun 2023. Bank Indonesia memperkirakan NPI pada 2023 masih akan mencatat surplus tetapi transaksi berjalan akan mengalami defisit.

Sementara dari luar negeri, sentimen yang perlu diperhatikan adalah rilis rapat Federal Open Market Committee (FOMC) minutes.

Pada Kamis dini hari waktu Indonesia (22/2/2024), The Fed telah merilis FOMC Minutes atau risalah rapat mereka pada Januari lalu. Risalah ini diharapkan bisa menjadi petunjuk bagi pelaku pasar mengenai kebijakan suku bunga ke depan.

Dalam risalah tersebut, pejabat The Fed kembali mengindikasikan pada pertemuan terakhir mereka bahwa mereka tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan menyatakan optimisme dan kehati-hatian terhadap inflasi.

Keputusan pemangkasan suku bunga akan diambil jika pejabat The Fed memiliki keyakinan yang besar bahwa inflasi terus melandai.

"Sebagian besar partisipan menekankan risiko jika melonggarkan stance kebijakan lebih cepat dan menekankan penting untuk menilai data-data mendatang dengan hati-hati untuk memastikan apakah inflasi memang akan berlanjut turun ke 2%," tulis FOMC, dikutip dari CNBC International.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam menunjukkan pergerakan rupiah masih dalam tren sideways kendati kemarin sudah ada penguatan tipis. Mata uang Garuda terkonsolidasi dari rentang support Rp15.610/US$ sampai resistance di Rp15.680/U$$.

Posisi support atau potensi area penguatan terdekat didapatkan dari garis horizontal yang didasarkan dari low candle intraday pada 16 Februari 2024. Sementara untuk resistance didapatkan dari garis lurus berdasarkan high candle pada 7 Februari 2024 lalu.

Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam bsis waktu per jamFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam bsis waktu per jam

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

 


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok 3 Hari karena China & AS, Hari Ini Bisa Kuat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular