Waspada Rupiah Keok Lagi Hari Ini!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Kamis, 05/10/2023 07:05 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pidato pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) dan rilis data tenaga kerja pada hari ini nampaknya masih akan meningkatkan ketidakpastian eksternal yang potensi bisa menahan laju rupiah lebih lanjut.

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan yang berakhir Rabu (4/10/2023) nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS ditutup di angka Rp15.625/US$, ambruk 0,32% secara harian. Hal tersebut menandai rupiah telah melemah selama tiga hari berturut-turut, bahkan nilainya menjadi yang paling parah selama sembilan bulan terakhir.


Ambruknya rupiah dibayangi ketidakpastian eksternal yang semakin meningkat terutama dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang masih potensi meningkatkan suku bunga acuan pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di sisa tahun ini.

Sejumlah pidato pejabat the Fed pada kemarin dan hari ini tampaknya sudah mulai mengubah haluan dari sebelumnya dovish ke hawkish lagi. Hal ini terjadi karena kondisi pasar tenaga kerja yang masih kuat sementara inflasi dinilai sulit turun karena harga minyak yang melonjak.

Di lain sisi pasar tenaga kerja terbilang masih cukup kuat, pada hari ini akan rilis jumlah klaim pengangguran yang dirilis setiap minggu, pasar memperkirakan jobless claim naik ke 200.000.

Sebagai informasi pada minggu sebelumnya, pengangguran AS tercatat 204.000 masih lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yang proyeksi bisa naik ke 215.000. Klaim pengangguran yang tak sesuai ekspektasi menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja AS masih kuat.

Pasar tenaga kerja yang ketat potensi memicu suku bunga acuan karena inflasi akan jadi sulit turun, imbasnya yield treasury AS dan indeks dolar DXY akan meningkat yang berefek pada mata uang emerging market makin tertekan.

Perlu diketahui, yield obligasi 10 tahunan AS telah melonjak mendekati level psikologis 5%, bahkan sudah melampaui level tertinggi sejak 16 tahun lalu, sementara indeks dolar DXY terpantau melesat ke level tertinggi sejak 2007 silam.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro mengungkapkan peluang rebound rupiah akan bergantung pada pernyataan The Fed soal inflasi dan target Fed Fund Rate.

"Kalau inflasi masih tinggi, tekanan penguatan USD juga masih besar," paparnya.

Dalam kondisi ini, dia berharap BI dan pemerintah bisa terus berkolaborasi menjaga likuiditas. Adapun, devisa hasil ekspor atau DHE harus dipastikan benar-benar masuk di pasar Indonesia. Kedua, perlu ada percepatan belanja pemerintah di kuartal IV ini. Andry menilai belanja pemerintah akan membantu tambahan likuiditas di domestik.

Teknikal Rupiah

Tren pelemahan nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS dalam basis waktu per jam masih potensi berlanjut. Posisi level psikologis Rp15.600/US$ yang telah tertembus ke atas sudah berubah menjadi support terdekat yang bisa dicermati apabila ada pembalikan arah menguat dalam jangka pendek.

Sementara yang perlu diperhatikan sebagai area pelemahan terdekat ada di posisi Rp15.640 yang merupakan high candle yang sempat diuji pada perdagangan kemarin, Rabu (4/10/2023).

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS