Bye September, Welcome Oktober, Akankah Rupiah Mulai Menguat?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Senin, 02/10/2023 08:25 WIB
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - September jadi bulan paling kelam bagi nilai tukar rupiah melawan dolar AS. Akan tetapi mengawali Oktober ini mata uang Garuda diperkirakan bisa mulai berbalik arah menguat.

Melansir data Refinitiv, pada akhir perdagangan Jumat (29/9/2023) rupiah menguat 0,42℅ secara harian ke posisi Rp15.450/US$. Akan tetapi rupiah secara mingguan masih ambles 0,52%. September bahkan menjadi salah satu yang terkelam, setelah Mei. Sepanjang September, rupiah melemah 1,9%.

Kendati begitu, penguatan mulai terjadi secara harian di akhir pekan lalu disinyalir berkat sentimen dalam negeri yakni dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga penjaminan simpanan rupiah di bank umum pada level 4,25 persen. Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) LPS periode September 2023 dan berlaku sampai 31 Januari 2024.


Dari domestik pada hari ini, Senin (2/10/2023) akan ada rilis data inflasi periode September 2023 yang potensi menopang rupiah lagi.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi September 2023 akan mencapai 0,13% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 2,23% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 2,02%. Sebagai catatan, inflasi pada Agustus 2023 tercatat 3,27% (yoy) sementara inflasi inti mencapai 2,18% (yoy).

Jika konsensus CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi (yoy) ada di kisaran 2,2% maka itu akan menjadi terendah sejak Februari 2022 atau 18 bulan terakhir..

Semakin melandainya inflasi (yoy) tentu menjadi kabar gembira buat pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Seperti negara lain, Indonesia harus bergulat dengan inflasi tinggi setelah perang Rusia-Ukraina meletus.

Dalam beberapa kesempatan, Jokowi bahkan selalu mengingatkan jika inflasi menjadi salah satu kekhawatiran terbesarnya.

Selain itu, akan ada rilis data Indeks Manajer Pembeli (PMI) Nikkei Indonesia periode September 2023. Diketahui Indonesia mencatatkan PMI manufaktur tertinggi di Asia Tenggara pada periode Agustus 2023 sebesar 53,9 poin atau naik 1,13% dibandingkan periode Juli di angka 53,3. Angka tersebut menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2021 atau 22 bulan terakhir atau hampir dua tahun.

PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 25 bulan terakhir. Laju ekspansi pada Agustus 2023 tersebut merupakan yang paling cepat dalam kurun waktu hampir setahun, didorong oleh pertumbuhan permintaan baru yang lebih cepat dan peningkatan kapasitas.

Kendati rupiah mulai menguat akan tetapi tren pelemahan rupiah selama sebulan lebih tetap perlu diantisipasi, apalagi Pelaku pasar juga masih merasakan ketidakpastian atas kebijakan The Fed.

Suku bunga acuan AS dinilai masih berpotensi naik satu kali sampai akhir tahun. Tingginya suku bunga acuan bank sentral AS dan sikapnya yang hawkish masih potensi memicu capital outflow dari negara berkembang termasuk Indonesia.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS mulai menguat menembus beberapa garis moving average (MA) 20 dan 50. Saat ini pada posisi penutupan kemarin Jumat (29/9/2023) di Rp15.450/US$ sedang menguji garis MA100-nya. Apabila ini tertembus ke bawah akan menandai penguatan ke target support terdekat di Rp15.400/US$, posisi ini bertepatan dengan level psikologis serta mendekati garis MA200-nya.

Kendati begitu, tetap perlu diwaspadai adanya pembalikan arah melemah lagi ke resistance terdekat di posisi Rp15.485/US$. Angka tersebut diambil dari garis double MA 20 dan 50 yang sempat tertembus pada perdagangan akhir pekan lalu.

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

 


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS