Rupiah & Mata Uang Asia Rontok Berjamaah Pekan Ini

rev, CNBC Indonesia
30 September 2023 08:42
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah pada pekan dan bulan ini tercatat mengalami pelemahan bersamaan dengan mata uang Asia lainnya terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah melemah 0,52% secara point-to-point (ptp) di hadapan dolar AS. Sedangkan pada penutupan perdagangan Jumat (8/9/2023), rupiah terpantau menguat terhadap The Greenback, di mana rupiah ditutup 0,42% di angka Rp15.450/US$.

Adapun dari mata uang Asia, secara mayoritas terdepresiasi melawan The Greenback sepanjang pekan ini, kecuali peso Filipina. Hal ini juga didukung dengan penguatan yang signifikan dari indeks dolar AS (DXY) yang berada di posisi 106,22 pada pekan ini atau naik 0,61% jika dibandingkan dengan pekan lalu yang ditutup di posisi 105,58.

Won Korea Selatan menempati posisi terparah dengan depresiasi 1,37% selama pekan ini, lalu disusul oleh baht Thailand dengan pelemahan 1,33%, dan yen Jepang turun sekitar 0,66%.

Sementara rupiah mengalami pelemahan yang signifikan khususnya bulan September 2023 yang melemah 1,45% terhadap dolar AS dengan basis rupiah. Hal ini juga memperpanjang tren pelemahan rupiah yang terjadi sejak Mei 2023 atau dengan kata lain rupiah melemah selama lima bulan berturut-turut.

Pelemahan rupiah ini tak lepas dari sikap hawkish bank sentral AS (The Fed) yang berpotensi menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) dalam sisa akhir tahun ini. Hal ini terjadi mengingat inflasi AS yang mengalami kenaikan menjadi 3,7% (year on year/yoy) pada periode Agustus 2023.

Sementara data transaksi dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan terjadinya capital outflow yang terjadi selama sepekan atau tepatnya 25 - 27 September 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp7,77 triliun terdiri dari jual neto Rp7,86 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,07 triliun di pasar saham dan beli neto Rp2,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Sedangkan di Asia sendiri, terjadi perlambatan ekonomi China juga menjadi memberikan tekanan pada mata uang Garuda.

Sebagai negara dengan tujuan ekspor utama Indonesia dan negara dengan perekonomian terbesar di Asia, tercatat ekonomi China hingga kuartal-II 2023 masih berhasil tumbuh positif, namun berada di bawah ekspektasi pasar.

Ke depan negeri tirai bambu tersebut akan alami banyak tekanan sehingga alami pelemahan signifikan. Hingga akhir tahun beberapa ekonomi memperkirakan ekonomi China tumbuh hanya 4%.

"Perlambatan ekonomi Tiongkok disebabkan oleh pelemahan ekonomi domestik karena keyakinan konsumen utang rumah tangga dan permasalahan sektor properti di tengah penurunan kinerja ekspor mereka di tengah perlambatan ekonomi global," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (21/9/2023).

Bahkan proyeksi dari Trading Economics perihal pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China secara tahunan diperkirakan hanya sebesar 4,6% untuk kuartal-III 2024 yang akan dirilis pada 18 Oktober 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular