Bos Sawit Kena PHP! Usai Nanjak, Harga CPO Balik Terkoreksi

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Selasa, 26/09/2023 09:45 WIB
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau kembali melemah di sesi awal perdagangan Selasa (26/9/2023) mematahkan penguatan dua hari beruntun sejak pekan lalu.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau turun 0,75% di posisi MYR 3.688 per ton pada pukul 08:00 WIB. Dengan demikian, harga CPO kembali lagi ke level psikologis 3.600.

Pada perdagangan Senin (25/9/2023) harga CPO ditutup menguat 0,95% ke posisi MYR 3.716. Dengan ini, secara bulanan harganya masih ambrol 7,33%, dan jatuh 10,97% secara tahunan.


Terkoreksinya harga CPO terjadi di tengah kenaikan minyak saingannya Dalian, padahal ringgit juga mengalami perlemahan. Namun sentimen ini tak mampu membuat harganya terangkat.

Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, naik 0,91%, sedangkan kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 0,03%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,65%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

"Pasar hari ini tampaknya berada dalam mode koreksi, mengikuti kekuatan Dalian sambil menunggu petunjuk baru dari produksi. Jika musim hujan yang dialami di Malaysia terus berlanjut, produksi mungkin melambat sehingga memberikan dukungan kepada pasar kami," kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur yang dikutip dari Reuters.

Ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1 - 25 September naik 15,2% menjadi 1.088.875 ton dari 945.155 ton yang dikirimkan selama 1 - 25 Agustus, kata perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia pada hari Senin.

Menurut surveyor kargo Intertek Testing Services, ekspor produk minyak sawit Malaysia pada periode yang sama naik 17,5% menjadi 1.144.707 metrik ton dari 974.235 metrik ton yang dikirimkan selama 1-25 Agustus.

Menurut Refinitiv Commodities Research, tren kekeringan yang memburuk akan terjadi pada bulan Oktober di Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(aum/aum)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Belajar Dari Negeri Jiran, Ini Cara Pabrik Sawit Atasi Masalah