Emiten Gas SBMA Kantongi 12 Kontrak Baru

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
Rabu, 20/09/2023 15:25 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten kimia dasar gas anorganik, PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) mengumumkan bahwa pihaknya telah meraih 12 kontrak baru. Hal ini untuk menggenjot target ekspansi perseroan pada 2023.

Corporate Secretary SBMA Indrawijaya Rangkuti menyatakan perseroan meraih kontrak terbaru untuk pembelian liquid oxygen dengan PT Ono Kreasi Gasindo pada 1 September 2023. Selain itu, SBMA juga telah membidik proyek lainnya.

"Untuk Balikpapan masih on progress tender di Elnusa, untuk pengadaan liquid nitrogen on progress juga dengan Kutai Refinery Nusantara untuk permintaan kebutuhan Lin nya. Dan saat ini juga on process liquid nitrogen untuk kebutuhan PT Gemilang Utama Nusantara, di Muara Wahau," jelas Indrawijaya, dikutip Rabu, (20/9/2023).


Perlu diingat, PHE merupakan pemegang saham Elsa dengan kepemilikan 51,1%. Sementara PHE sendiri adalah salah satu anak usaha PT Pertamina (Persero). Dengan kata lain, ELSA bisa dikatakan sebagai cucu dari perusahaan energi pelat merah tersebut.

Indrawijaya pun melaporkan, produksi Air Separation Plant baru (ASP) di SBMA telah mencapai sebanyak 1.222.277 meter kubik (m3) di periode Juni-Agustus. Sementara di peridoe Januari-Mei, SBMA masih menggunakan ASP lama dengan produksi sebanyak 302.617 m3.

Lalu, SBMA juga telah memproduksi Filling Station sebanyak 1.099.684 M3, dan Acetylene Plant sebanyak 487 Ton hingga Agustus 2023.

Sebagai informasi, SBMA mencatat kenaikan pendapatan sebesar 13% menjadi Rp52,8 miliar, dari sebelumnya Rp 45,98 miliar. Meski begitu, laba perusahaan terkontraksi menjadi Rp 879,57 juta dari sebelumnya Rp 4,09 miliar.

Diketahui, sebagian besar pendapatan disumbang oleh penjualan gas Acetylene dan Karbondioksida. SBMA telah melakukan commercial start up air separation plant pada tanggal 27 Juni 2023 dan saat ini produksi liquid Perseroan mencapai kapasitas 50 ton sehari.

"Namun produksi dan penjualan baru akan mulai terasa di bulan Juli dan akan nampak di periode Q3. Proyek ini merupakan realisasi atas penggunaan dana IPO," tulis keterangan tersebut.

Sebagai informasi, SBMA mencatat posisi liabilitas jangka pendeknya yang turun menjadi Rp28,40 miliar per 30 Juni 2023 dari sebelumnya Rp30,19 miliar. Sementara ekuitas tercatat sebesar Rp210,52 miliar.

Adapun aset SBMA tercatat sebanyak Rp269,24 miliar. Didukung dari pos kas yang diperoleh dari aktivitas operasional senilai Rp3,32 miliar.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan