Surplus Neraca Dagang Jadi Harapan Bagi Rupiah Lanjut Menguat
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air nampaknya akan bergerak positif terdorong rilis data neraca dagang per Agustus 2023 yang diproyeksi akan mencetak surplus lagi.
Melansir data Refinitiv mata uang Garuda berhasil ditutup menguat 0,10% ke angka Rp15.350/US$ pada hari Kamis (14/9/2023). Posisi ini mematahkan tren pelemahan rupiah sejak 1 September 2023.
Tren penguatan rupiah potensi berlanjut ditopang ekspektasi neraca dagang periode Agustus 2023 akan lanjut surplus. Data ini secara resmi akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada pukul 09.00 WIB.
Surplus neraca perdagangan diperkirakan meningkat pada Agustus 2023 ditopang oleh kenaikan harga batu bara.Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus 2023 akan mencapai US$ 1,50 miliar.
Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Juli 2023 yang mencapai US$ 1,31 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 40 bulan beruntun.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 21,83% (year on year/yoy) sementara impor terkoreksi 9,66% pada Agustus 2023.
Sebagai catatan, nilai ekspor Juli 2023 terkoreksi 18,03% (yoy) tetapi naik 1,36% (month to month/mtm) menjadi US$ 20,88 miliar. Impor terkontraksi 8,32 (yoy) tetapi naik 14,1% (mtm) menjadi US$ 19,57 miliar.
Ekspor diperkirakan jeblok pada Agustus 2023 seiring dengan melambatnya perekonomian di negara mitra dagang, terutama dari China. Akan tetapi, menguatnya harga batu bara menopang ekspor dan menahan penurunan ekspor lebih dalam.
Berdasarkan catatan Refinitiv, rata-rata harga batu bara pada Agustus tercatat US$ 152,98 per ton. Harganya lebih tinggi dibandingkan pada Juli yang tercatat US$ 140,92 per ton ataupun US$ 139,42 per ton pada Juni 2023.
Batu bara menyumbang nilai ekspor sekitar 15% terhadap total ekspor Indonesia sehingga pergerakan harganya akan sangat menentukan posisi surplus neraca dagang Tanah Air.
Prospek surplus neraca dagang Indonesia juga nampak masih akan cerah, pasalnya China semakin getol menggelontorkan stimulus. Pada hari ini (15/9/2023) Tiongkok bakal secara resmi memangkas rasio cadangan perbankan untuk kedua kalinya dan sudah tiga bulan beruntun menahan loan-prime rate tenor 1 tahun.
Dengan begitu, tambahan likuiditas perbankan diharapkan bisa mengakselerasi penyaluran yang disertai ongkos pinjaman lebih ringan supaya minat kredit tetap terjaga.
Kendati demikian, tetap perlu diantisipasi risiko ketidakpastian dari eksternal mengingat semalam bank sentral Eropa (ECB) kembali menaikkan suku bunga acuan untuk yang kesepuluh kalinya.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal tren pelemahan rupiah dalam basis per jam yang selalu mengikuti garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20) berhasil dipatahkan dengan penguatan yang terjadi kemarin ke posisi Rp15.350/US$.
Penguatan potensi masih bisa berlanjut apabila rupiah bergerak menuju support terdekat di Rp15.345/US$ yang bertepatan dengan MA50-nya. Apabila posisi tersebut tertembus peluang rupiah menguat ke level psikologis Rp15.300/US$ semakin memungkinkan.
Walau begitu tetap perlu diantisipasi adanya pelemahan jika terjadi pembalikan arah, bisa dicermati resistance terdekat di posisi Rp15.370/US$ yang didapatkan berdasarkan horizontal line dari high candle 13 September 2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(tsn/tsn)