Analisis Teknikal

Was-was Inflasi AS Naik Lagi, Bagaimana Nasib Rupiah?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Senin, 11/09/2023 07:35 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air nampaknya masih akan bergejolak dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir data Refinitiv, nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS terpantau masih bertekuk lutut, dimana dalam sepekan yang berakhir pada Jumat (8/9/2023) melemah 0,56% terhadap the Greenback ke posisi Rp15.320/US$, padahal pekan sebelumnya sempat menguat sekitar -0,36%. Dengan begitu, sejak awal bulan mata uang Garuda masih melemah sebanyak 0,62%.


Gejolak pasar keuangan nampaknya masih akan berlanjut pada pekan ini, pasalnya Amerika Serikat (AS) akan merilis data inflasi, tak hanya itu China pada akhir pekan lalu sempat merilis inflasi. Sejumlah data dalam negeri terkait neraca dagang juga akan turut menghiasi mata uang RI.

Pekan lalu pelemahan rupiah disinyalir akibat pengaruh data ekonomi China yang kembali lesu. China melaporkan ekspor yang kembali terkontraksi 8,8% (year on year/yoy) menjadi US$ 284,9 miliar pada Agustus 2023 sementara impor mereka terkoreksi sebesar 7,3% (yoy) menjadi US$ 216, 51 miliar.

Inflasi dari negeri Naga Asia tersebut juga masih loyo, per Agustus 2023 inflasi tercatat hanya tumbuh 0,1% (yoy), meleset dari konsensus yang perkirakan bisa tumbuh 0,2% yoy. Namun, sudah mulai membaik dari bulan sebelumnya yang deflasi -0,3% yoy.

Aksi perang dagang antara dua negara adidaya, AS dan China juga masih menjadi persoalan sengit akibat larangan PNS di Tiongkok tak boleh menggunakan Iphone. Hal ini terjadi ditengah antusiasme masyakat menanti rilis Iphone 15 pada 12 September mendatang. Dengan begitu, investor perlu mewaspadai perang dagang yang berlanjut bisa memicu capital outflow di pasar keuangan global yang tentu bisa berdampak ke Indonesia, terutama di tengah penantian indikator ekonomi terkait inflasi yang bakal mempengaruhi kebijakan the Fed pada pertemuan minggu ketiga bulan ini.

Sementara dari dalam negeri, sentimen cadangan devisa (cadev) juga belum bisa menopang laju rupiah. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadev berada di kisaran US$137,1 miliar per akhir Agustus 2023. Angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar US$137,7 miliar.

Usai KTT ASEAN juga nampaknya belum terlalu memberikan katalis positif pada pasar keuangan dalam negeri karena sepertinya pelaku pasar meninjau lebih lanjut terkait realisasi dari sejumlah kesepakatan yang dicapai.

Kendati demikian, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan ada banyak keputusan yang sudah berhasil disepakati terkait sektor ekonomi. Beliau menyampaikan deklarasi EAS mengenai epicentrum of growth, pengembangan ekosistem EV, dan pelaksanaan Regional Cross Border Payment dan Local Currency Transaction.

Kemudian, dalam pelaksanaan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) sudah menghasilkan 93 proyek kerja sama senilai US$ 38,2 miliar. "Ini adalah kerja sama konkret yang bermanfaat untuk rakyat," ujar Jokowi dalam konferensi pers usai perhelatan KTT ASEAN, Kamis (7/9/2023).

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah masih bergerak dalam tren naik atau melemah mengikuti garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20). Tren melemah yang potensi berlanjut bisa diantisipasi dengan mencermati posisi resistance terdekat di Rp15.350/US$ yang bertepatan dengan garis horizontal berdasarkan high candle 15 Agustus 2023.

Sebaliknya, apabila harga mulai ada potensi berbalik arah atau mulai menembus MA20, bisa perhatikan support terdekat area target penguatan ke Rp15.300/US$. Posisi ini sesuai dengan level psikologis dan juga berdekatan dengan MA50-nya.

 

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbal dari keputusan tersebut.


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS