Investor Wait and See, Bursa Asia Dibuka Gak Kompak

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
23 August 2023 08:57
Men look at stock quotation boards outside a brokerage in Tokyo, Japan, December 5, 2018.  REUTERS/Issei Kato     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Pria melihat papan kutipan saham di luar broker di Tokyo, Jepang, 5 Desember 2018. REUTERS / Issei Kato

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka bervariasi pada perdagangan Rabu (23/8/2023), di tengah investor yang masih menahan selera investasinya menanti rilis data ekonomi penting dan agenda lainnya di global.

Per pukul 08:31 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,2%, Straits Times Singapura bertambah 0,21%, dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,53%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,15%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,27%, dan KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,05%.

Di kawasan Asia-Pasifik, investor akan memantau rilis data awal dari aktivitas manufaktur periode Agustus 2023 yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI). Adapun negara-negara yang merilis data tersebut yakni Australia dan Jepang.

Di Australia, PMI manufaktur awal periode Agustus 2023 turun menjadi 49,4, dari sebelumnya pada Juli lalu di angka 49,6.

Sedangkan PMI manufaktur awal Jepang pada bulan ini naik menjadi 49,7, dari sebelumnya pada Juli lalu juga berada di angka 49,6.

Meski PMI manufaktur awal Australia dan Jepang berbeda arah, tetapi keduanya masih berada di zona kontraksi. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah masih bervariasinya Wall Street pada perdagangan kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,51% dan S&P 500 terkoreksi 0,28%. Namun untuk indeks Nasdaq Composite ditutup naik tipis 0,06%.

Wall Street sempat dibuka kompak menghijau kemarin. Tetapi di sesi akhir perdagangan, Dow Jones dan S&P kemudian berbalik arah ke zona merah.

Sementara, indeks pasar saham secara luas dan Nasdaq yang padat saham teknologi mampu membukukan kenaikan bahkan ketika imbal hasil (yield) obligasi Treasury tenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak November 2007.

Yield Treasury AS tenor 10 tahun pada perdagangan Kamis pekan lalu sempat melonjak ke atas 4,3%. Laju yield kenaikan tertinggi sejak akhir 2007 tersebut bisa menjadi masalah buat pasar saham.

Saham-saham teknologi secara historis kesulitan dalam lingkungan suku bunga tinggi. Namun, kenaikan saham tersebut bersamaan dengan yield Treasury pada Senin menjadi perhatian di Wall Street.

"Kami melihat keuntungan positif di pasar saham, [yang] tidak kami lihat minggu lalu. Kami pikir suku bunga akan lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama dan mungkin pasar saham baik-baik saja dengan itu," kata Katy Kaminski, kepala strategi pasar di AlphaSimplex, dalam "Closing Bell" CNBC International.

Namun, beberapa orang di Wall Street tidak yakin reli dapat berlanjut lebih lama lagi.

"Biasanya, lonjakan imbal hasil Treasury mengungkap kelemahan lainnya. Kenaikan imbal hasil akan membuat pembiayaan kembali utang menjadi lebih memberatkan," kata Megan Horneman, kepala investasi di Verdence Capital Advisors.

Di lain sisi, pasar cenderung masih wait and see menanti pidato dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell di acara Simposium Jackson Hole.

Powell akan memberikan pandangan terbarunya tentang apakah diperlukan lebih banyak pengetatan kebijakan untuk menurunkan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, atau mulai mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga.

Pidato Powell akan dinanti-nanti karena secara historis memiliki efek kejut yang besar untuk pasar global.

Pelaku pasar keuangan global kini memperkirakan ada potensi The Fed mengerek suku bunga pada pertemuan September mendatang. Ekspektasi kenaikan suku bunga AS membuat dolar AS melambung dan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS terbang.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mayoritas Bursa Asia Cerah, Kecuali Hang Seng-Shanghai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular