
China Tidak Bisa Diharapkan, Siap-Siap Minyak Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia dibuka bervariasi pada pembukaan perdagangan Selasa (22/8/2023) setelah terkoreksi pada perdagangan sebelumnya karena memudarnya harapan terhadap permintaan minyak dari China.
Harga minyak mentah WTI di buka menguat 0,10% ke posisi US$80,8 per barel, sementara harga minyak mentah brent di buka stagnan ke posisi US$84,46 per barel.
Pada perdagangan Senin (21/8/2023), minyak WTI ditutup terkoreksi 0,65% ke posisi US$80,72 per barel, begitu juga dengan minyak brent turun 0,40% ke posisi US$84,46 per barel.
Minyak mentah Brent dan WTI berakhir melemah pada perdagangan hari Senin karena harapan permintaan China mulai memudar.
"Tampaknya (pemulihan China) tidak akan terjadi," ucap John Kilduff, partner di Again Capital. "Ragu jika mereka akan membeli dalam jumlah banyak untuk disimpan hingga awal tahun."
Pertempuran antara lemahnya permintaan minyak dari China dengan pemotongan produksi oleh Arab Saudi kini membuat harga minyak mulai bergejolak.
Kenaikan harga minyak mentah selama musim panas didorong oleh keseimbangan yang ketat antara pasokan minyak mentah dan permintaan yang tinggi, terutama di musim mengemudi di musim panas AS, yang berakhir pada awal September.
Pada saat yang sama, OPEC yang dipimpin oleh Arab Saudi, ditambah Rusia telah memangkas produksi agar lebih sesuai dengan permintaan, terutama dari China, yang belum memenuhi ekspektasi untuk pemulihan pascapandemi.
Arab Saudi mengatakan bulan ini produksinya akan tetap sekitar 9 juta barel per hari, pemotongan sekitar 1 juta barel, hingga bulan September.
Pekan lalu, harga minyak turun hingga 2%, menghentikan kenaikan beruntun tujuh minggu di tengah kekhawatiran pertumbuhan ekonomi China yang lamban dapat mengekang permintaan minyak, sementara kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut juga membayangi prospek permintaan minyak.
Bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 10 basis poin dan membiarkan suku bunga lima tahun tidak berubah. Hal ini merupakan kejutan bagi para pelaku pasar yang memperkirakan pemotongan 15 bps untuk keduanya karena pemulihan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah diperlambat oleh kemerosotan properti yang memburuk, pengeluaran yang lemah, dan jatuhnya pertumbuhan kredit.
Pengiriman Arab Saudi ke China pada bulan Juli turun 31% dari bulan Juni, sementara Rusia dengan minyak mentah diskonnya, tetap menjadi pemasok terbesar untuk China, menurut data bea cukai China.
Impor minyak mentah China dari Arab Saudi diperkirakan akan tetap tertekan hingga kuartal ketiga tahun 2023.
China memanfaatkan persediaan yang sudah terkumpul sejak awal tahun ini karena penyulingan mereka mengurangi pembelian setelah harga minyak terus naik di atas US$80 per barel karena pemotongan pasokan yang diterapkan oleh kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Permintaan Pecah Rekor, Harga Minyak Sepekan Auto Melambung
