
Permintaan Pecah Rekor, Harga Minyak Sepekan Auto Melambung

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia di tutup menguat pada penutupan perdagangan Jumat (11/8/2023) karena rekor permintaan global dan pengetatan pasokan.
Harga minyak mentah WTI di tutup menguat 0,45% di posisi US$83,19 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent di tutup naik 0,47% ke posisi US$86,81 per barel.
Begitu juga dengan harga minyak mentah WTI selama sepekan berhasil terapresiasi 0,45%, dan harga minyak mentah Brent melesat 0,66% dalam sepekan.
Harga minyak naik lebih tinggi pada hari Jumat setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan rekor permintaan global dan pengetatan pasokan, mendorong kenaikan harga minyak selama tujuh minggu berturut-turut, rekor terpanjang sejak tahun 2022.
IEA memperkirakan bahwa permintaan minyak global mencapai rekor 103 juta barel per hari pada bulan Juni 2023 dan dapat mencapai puncak lainnya pada bulan ini.
Sementara itu, pengurangan produksi dari Arab Saudi dan Rusia memicu penurunan tajam dalam persediaan selama sisa tahun 2023, yang menurut IEA hal tersebut dapat mendorong harga minyak menjadi lebih tinggi lagi.
Pada hari Kamis, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan minyak global akan meningkat sebesar 2,44 juta barel per hari pada tahun ini, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya. Prospek pasar minyak terlihat sehat untuk semester kedua tahun ini, menurut OPEC.
Data ekonomi Amerika Serikat (AS) minggu ini juga mengangkat sentimen pasar minyak, memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mendekati akhir dari kenaikan suku bunga yang agresif.
Pemotongan pasokan dan prospek ekonomi yang membaik telah menciptakan lebih banyak optimisme di kalangan investor minyak, ucap analis OANDA Craig Erlam. Namun, dia mencatat tanda-tanda momentum melemah setelah reli yang berkelanjutan. Pada hari Kamis, minyak Brent mencapai level tertinggi sejak Januari, sehari setelah minyak WTI mencapai level tertinggi tahun ini.
Terakhir kali minyak Brent naik selama tujuh minggu berturut-turut adalah pada periode Januari hingga Februari 2022, sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Setelah jatuh selama delapan minggu berturut-turut, jumlah rig minyak yang beroperasi di AS tetap stabil di 525 minggu ini. Rig minyak yang beroperasi di AS merupakan indikator awal produksi masa depan.
Jumlah rig minyak yang stabil menunjukkan produsen AS mempertahankan disiplin tentang pengeboran dan eksplorasi, ucap Eric Freedman, Kepala Investasi di Manajemen Aset Bank AS.
"Harga minyak terus naik tapi tidak banyak perusahaan keluar mencari minyak," tambahnya.
Data ekonomi campuran dari China membebani sentimen minggu ini. Sementara data bea cukai menunjukkan impor minyak mentah naik dari tahun ke tahun, keseluruhan ekspor China anjlok 14,5% pada bulan Juli 2023, dengan impor minyak mentah bulanan turun dari rekor tertinggi bulan Juni ke level terendah sejak Januari 2023.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Mulai Bangkit Setelah Terkapar
