Pekan Depan Penuh Huru-Hara

Titah Jokowi Ditunggu Pasar! Fed & China Beri Kabar Genting

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Minggu, 13/08/2023 17:45 WIB
Foto: Presiden Indonesia Joko Widodo, mengenakan pakaian tradisional Bangka Belitung, saat menyampaikan Pidato Kenegaraan tahunannya menjelang Hari Kemerdekaan negara, di gedung parlemen di Jakarta, Indonesia, Selasa (16/8/2022) (AP Photo/ Tatan Syuflana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal dalam negeri (IHSG) melemah 0,19% di level 6.879,98 pada penutupan perdagangan Jumat (11/8/2023). Namun, dalam sepekan IHSG berhasil menguat 0,39%. Penguatan IHSG dalam pekan ini karena didukung oleh rilis kinerja keuangan perusahaan yang cemerlang.

Sebaliknya, rupiah babak belur pekan ini. Secara mingguan, rupiah telah melemah 0,30%. Dengan demikian mata uang Garuda sudah melemah selama empat minggu berturut-turut.

Pekan depan, pasar keuangan diperkirakan masih akan bergejolak mengingat banyaknya data dan agenda penting yang akan keluar dalam seminggu ke depan.


Beberapa sentimen terpenting pekan ini salah satunya akan datang dari Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)/Majelis Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). 

Sentimen lainnya adalah data neraca perdagangan Juli. Sentimen dari luar negeri akan datang dari data pertumbuhan ekonomi Jepang, data penjualan ritel dan pengangguran China, serta risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Juli lalu.

Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi keterangan pers Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 di Aula Chakti Budhi Bhakti (CBB), Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa, (16/8/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Berikut beberapa sentimen penting untuk pekan depan:

1. Pidato Nota Keuangan dan Pidato Kenegaraan

Pada Rabu (16/8/2023), DPR, MPR, dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) akan menggelar event tahunan Sidang Bersama.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan Pidato Kenegaraan pada pagi hari dan Pidato Pengantar/Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-undang (RUU) Tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2024 dan Nota Keuangan pada siang harinya.

Melalui Pidato Kenegaraan, Presiden Jokowi akan menyampaikan fokus pemerintahan ke depan mulai dari politik, hukum, keamanan, hingga ekonomi.

Pada siang hari, Presiden Jokowi akan menyampaikan Pidato Pengantar RAPBN 2024. Pidato ini menjadi perhatian besar baik dari pelaku pasar ataupun pengusaha karena akan menjadi arah bagi pembangunan Indonesia ke depan. Presiden akan membeberkan target makro ekonomi mulai dari pertumbuhan, inflasi, nilai tukar rupiah, lifting minyak mentah dan gas, serta harga minyak mentah Indonesia/ICP.

Presiden juga akan membeberkan target penerimaan negara baik dari perpajakan atau non-perpajakan, fokus belanja pemerintah ke depan, hingga bagaimana pemerintah memenuhi kebutuhan pembiayaan pada 2024.

RAPBN 2024 menjadi sangat penting karena 2024 menjadi tahun terakhir pemerintahan Jokowi.

Pelaku pasar ataupun publik akan mencari tahu seperti apa fokus kebijakan pembangunan tahun depan, terutama terkait subsidi BBM, pembangunan infrastruktur, pembiayaan utang, gaji PNS, kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara, serta proyek lain.
Publik juga ingin mengetahui legacy apa yang akan ditinggalkan Jokowi di masa terakhir pemerintahannya.

2. Neraca perdagangan

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data neraca perdagangan Juli 2023 pada Selasa  (15/8/2023). Surplus perdagangan diperkirakan akan mengecil pada Juli sejalan dengan pelemahan ekonomi di mitra dagang utama, seperti China dan Amerika Serikat (AS).

Sebagai catatan, surplus neraca perdagangan pada Juni 2023 tercatat US$ 3.45 miliar.
Nilai ekspor Indonesia periode Juni 2023 mencapai US$20,61 miliar atau turun 5,08% dibanding ekspor Mei 2023. Kemudian jika dibanding dengan periode Juni 2022 nilai ekspor turun sebesar 21,18%.

Nilai impor Indonesia periode Juni 2023 mencapai US$17,15 miliar, turun 19,40% dibandingkan Mei 2023 atau turun 18,35% dibandingkan Juni 2022.

3. Inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan data perdagangan Jepang

Pada Selasa (15/8/2023), Jepang akan mengumumkan proyeksi data pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II-2023.
Ekonomi Jepang tumbuh 2,7% (year on year/yoy) pada kuartal I-2023. Ekonomi Jepang diproyeksi akan melaju cepat hingga mencapai di atas 3% pada kuartal II-2023 seperti tercermin dari tingginya permintaan serta inflasi negara tersebut.

Pada Kamis (17/8/2023), Jepang juga akan mengumumkan data perdagangan untuk Juli.
Impor Jepang terkontraksi sebesar 12,9% (yoy) pada Juni lalu sementara ekspor masih tumbuh 1,5% (yoy).
Jika impor Jepang kembali terkontraksi maka Indonesia mesti waspada mengingat Negara Sakura adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua untuk Indonesia. Impor yang terkontraksi menandai permintaan Jepang untuk barang dari luar negeri, seperti Indonesia, bisa menurun.

Jepang juga akan mengumumkan data inflasi untuk Juli pada Jumat (18/8/2023).
Jepang yang selama ini berkutat dengan deflasi kini justru tengah dihadapkan pada tingginya angka inflasi. Negara Sakura mencatatkan inflasi 3,3% (yoy) pada Juni dan diperkirakan akan naik menjadi 3,4% (yoy) pada Juli.

Jika inflasi Jepang terus meningkat bank sentral Jepang (BoJ) kemungkinan akan mengambil langkah lanjutan untuk menekan inflasi.
BoJ masih mempertahankan suku bunga ultra rendahnya di minus 0,1% untuk menopang pertumbuhan Jepang.

4. Data penjualan ritel dan pengangguran China
Pada Selasa (15/8/2023), China akan mengumumkan data produksi industri, penjualan ritel, dan angka pengangguran untuk Juli. 
Ekonomi China tengah dalam sorotan tajam setelah data-data ekonomi mereka menunjukkan pemburukan.

Penjualan ritel mereka tumbuh 3,1% (yoy) pada Juni dan diharapkan naik di atas 4,5% pada Juli.
Jika penjualan ritel melemah atau di bawah ekspektasi pasar maka hal itu akan meningkatkan kekhawatiran dunia terhadap ekonomi China setelah Tiongkok mengumumkan deflasi pada Juli, pekan lalu.

China adalah motor utama penggerak ekonomi di kawasan Asia sehingga pelemahan ekonomi China juga menjadi alarm bahaya buat Indonesia.

5. FOMC dan klaim pengangguran AS

Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan mengumumkan risalah rapat FOMC Juli pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (17/8/2023). Risalah ini diharapkan bisa memberi petunjuk lebih kepada pelaku pasar mengenai kebijakan suku bunga The Fed ke depan.

Dalam rapat FOMC bulan lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5%% dan memberi sinyal akan ada kenaikan suku bunga ke depan.
Risalah FOMC diharapkan bisa memberi tahu lebih jelas berapa kira-kira kenaikan suku bunga ke depan serta kapan kenaikannya.

Amerika akan mengumumkan data penjualan ritel pada Selasa (15/8/2023) untuk Juli. Pertumbuhan ritel AS 1,5% (yoy) pada Juni dan diharapkan melemah 1% pada Juli.
Jika pertumbuhan ritel lebih kencang dibandingkan proyeksi pasar maka itu bisa memudarkan harapan pasar untuk melihat The Fed segera melunak.

Pada Kamis (17/8/2023), AS juga akan mengumumkan klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 12 Agustus. Jumlah warga AS yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan sebelumnya (5 Agustus) tercatat naik 248 ribu. Data tenaga kerja akan menjadi salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan.

Selain data penting di atas, terdapat pula agenda penting dari negara lain seperti pengumuman inflasi Inggris Juli pada Rabu (16/8/2023) dan inflasi Uni Eropa untuk Juli pada Kamis (17/8/2023).

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan