Newsletter

RI Tunggu Kabar Baik dari AS & GOTO, Semoga Tak Ada Huru-Hara

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
10 August 2023 06:02
Infografis: 10 Perusahaan Idaman Job Seeker di RI , Ada GoTo & Grab?
  • IHSG dan rupiah sama-sama menguat sementara SBN mashi diburu investor pada perdagangan kemarin
  • Wall Street kompak merah pada perdagangan kemarin di tengah sikap wait and see investor 
  • Data inflasi AS serta ambruknya saham GOTO akan menjadi perhatian pelaku pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air secara mayoritas terapresiasi pada perdagangan kemarin, hari Rabu (9/8/2023). Mata uang rupiah perkasa terhadap dolar AS, bursa saham menguat tipis, dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) stagnan.

Kenaikan pasar keuangan domestik di tengah penantian pasar global menantikan data-data penting Amerika Serikat (AS) yang dirilis hari ini. Negeri Paman Sam akan mengumumkan data tingkat inflasi, klaim pengangguran, dan stok cadangan gas.

Data inflasi cukup penting diperhatikan, pasalnya ini akan menjadi pertimbangan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam mengambil keputusan melanjutkan kebijakan ketat atau sebaliknya.

Penguatan pasar keuangan dalam negeri perlu diapresiasi, sebab sentimen negatif juga datang dari negara tujuan ekspor terbesar Indonesia yaitu China. Tiongkok melaporkan jika Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) mengalami deflasi pada Juli.

Memburuknya data ekonomi membuat dunia kecewa karena justru terjadi setelah China melonggarkan kebijakan Covid-19 nya serta membuka perbatasan internasional.

Di tengah berbagai sentimen negatif, Indonesia mengabarkan penjualan ritel yang menguat kemarin.

Sayangnya, kabar baik itu tidak berpengaruh pada saham teknologi terbesar Indonesia sedang dihadapkan sentimen negatif. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berakhir ambruk lebih dari 10%ke posisi Rp 93/saham atau di bawah level psikologis Rp 100 per saham.

Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup naik tipis 0,09% ke posisi 6.875,11. Perdagangan kemarin, indeks pasar modal Indonesia sempat menembus level psikologis 6.900 dan ditutup di bawah level psikologis.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan terakhir terbilang sepi dengan total nilai transaksi di bawah Rp 10 triliun, namun menunjukkan adanya peningkatan menjadi Rp9,2 triliun.
Perdagangan melibatkan 25,94 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali.

Sebanyak 215 saham terapresiasi, 302 saham terdepresiasi, dan 327 saham lainnya stagnan. Kenaikan IHSG sejalan dengan investor asing yang mencatatkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 816,31 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG pada perdagangan kemarin, yakni turun 1,68%.

Sejalan dengan sektor teknologi yang menjadi pemberat terbesar IHSG kemarin, raksasa teknologi Indonesia menjadi laggard terbesar IHSG, yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sebesar -23,87 indeks poin, terkoreksi 10,58%. Bank digital afiliasi GOTO turut menjadi pemberat terbesar ke-4 dengan penurunan -1,3 indeks poin atau anjlok 4,76%.

Sedangkan, bursa Asia-Pasifik pada perdagangan kemarin mayoritas menguat. Indeks Shanghai SSEC, Nikkei Jepang, dan Taiwan TWII tertekan di zona merah.

Hang Seng HK50, PSEi Filipina, KOSPI Korea Selatan (KS11), SET Thailand, KLSE Malaysia, STI Index Singapore berada di zona hijau.

Tidak hanya pasar saham yang menguat, mata uang rupiah turut menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, Rupiah ditutup menguat 0,16% terhadap dolar AS di angka Rp15.190/US$1.
Penguatan kemarin mematahkan tren pelemahan Rupiah yang terjadi dua hari sebelumnya.

Rupiah justru menguat setelah AS memberi dua kabar buruk yakni lembaga pemeringkat rating Moody's yang melakukan pemangkasan dan amblesnya ekspor-impor AS hingga kabar buruk dari China.
Membaiknya penjualan ritel di Indonesia ikut membantu mata uang Garuda menguat kemarin.

Moody's menurunkan peringkat kredit beberapa bank di Amerika Serikat (AS) hari Senin (9/8/2023).

Moody's memangkas peringkat 10 bank AS satu tingkat. Bank yang diturunkan peringkatnya oleh Moody's antara lain M&T Bank, Pinnacle Financial Partners, Prosperity Bank dan BOK Financial Corp.

Namun, pemangkasan justru membuat dolar AS ditinggal investor. Mereka beralih ke instrumen lain di Emerging Market seperti rupiah sehingga mata uang Garuda menguat.
Indeks dolar hari ini melemah ke 102,328, dari 102,502 pada perdagangan kemarin.

AS juga kemarin melaporkan jika ekspor mereka mencapai US$ 247,5 miliar, terendah sejak Maret 2022. Impor tercatat US$ 313 mliar, terendah sejak November 2021. Dua hal ini menandai jika ekonomi AS tidak dalam kondisi yang baik.

Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan indeks harga konsumen (IHK) terkoreksi atau deflasi 0,3% (year on year/yoy) pada Juli 2023. Angka ini juga merupakan deflasi pertama sejak Februari 2021.

Sedangkan indeks harga produsen (IHP) terlihat mengalami penurunan selama 10 bulan berturut-turut dengan kontraksi 4,4% yoy pada Juli 2023.
Sebagai informasi, ini adalah pertama kalinya ketika IHK dan IHP mencatat kontraksi secara bersamaan sejak November 2020.

Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), pada perdagangan penutupan pekan lalu harganya menguat, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali turun.

Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun, menjadi di 6,335% kemarin.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, mengindikasikan investor sedang membeli SBN.

Beralih ke Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kompak ditutup anjlok pada perdagangan Rabu (9/8/2023).Koreksi kecil bursa AS terjadi seiring dengan sikap wait and see pelaku pasar terkait data inflasi.
Selain itu, pemberat bursa AS juga datang dari penurunan peringkat kredit pada beberapa bank berdasarkan rating Moody’s

Seluruh indeks bursa AS berada di zona merah dengan penurunan tertinggi dari indeks Nasdaq yang terkoreksi 1,17%.

Indeks DJIA melemah 0,54% ke posisi 35.123,36. Indeks Nasdaq turun 1,17% ke posisi 13.722,02 dan indeks S&P 500 terkoreksi 0,70% ke posisi 4.467,71.

Pergerakan ini terjadi sehari menjelang laporan inflasi AS yang sangat dinantikan. Pembacaan indeks harga konsumen untuk bulan Juli dijadwalkan untuk rilis hari ini.

Melansir CNBC International, Metrik inflasi dapat menguji kepercayaan Wall Street bahawa pergerakan ekonomi AS akan menuju soft landing.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan inflasi secara bulanan (mom)akan mencapai sebesar 0,2% pada Juli dan sebesar 3,3% (year on year/yoy)

Ed Moya, analis Senior Pasar Oanda, menjelaskan dengan kondisi  makro yang buruk membuat para pelaku pasar berharap The Fed segera mengakhiri kenaikan suku bunga. 

Kondisi ekonomi makro global yang tiba-tiba "suram" juga membuat pelaku Wall Street berharap The Fed dapat berhenti menaikkan suku bunga pada rapat Federal Open market Committee (FOMC) September mendatang.

"Kemungkinan tingkat kenaikan suku bunga terus menurun untuk pertemuan FOMC September dan November, tetapi penurunan suku bunga untuk 2024 terus meningkat, kata Moya.

Data CME Fedwatch Tool menunjukkan adanya kemungkinan 85,5% Fed akan mempertahankan suku bunga pada rapat FOMC September mendatang. Sebanyak 14,5% memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga seperempat poin persentase lagi.

Data juga menunjukkan kemungkinan 47,4% jika The Fed akan mempertahankan suku bunga pada Januari dan kemungkinan 33,2% bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 0,25%.

Pelemahan Wall Street juga terjadi setelah Moody's menurunkan peringkat beberapa bank regional. Pelaku pasar khawatir akan lebih banyak masalah bagi pasar di masa depan.

Rilis laporan keuangan kuartal-II 2023 terus berlanjut dan menjadi faktor penggerak harga saham pekan ini.

Di tengah penurunan bursa, Penn Entertainment melonjak 14% setelah perusahaan kasino mengatakan akan meluncurkan sportsbook online dengan ESPN, yang bernama ESPN Bet, musim gugur ini.

Perdagangan hari ini investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang datang dari dalam negeri ataupun luar negeri.
Sentimen utama datang dari negara super power Amerika Serikat yang akan merilis data-data penting hari ini. Negeri Paman Sam akan mengumumkan data tingkat inflasi dan klaim pengangguran.  

Sebelumnya, China telah merilis Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) terlebih dahulu pada Rabu kemarin. Tiongkok tercatat mengalami penurunan harga atau deflasi pada Juli.

Memburuknya data ekonomi Negeri Tirai Bambu membuat dunia resah, karena ini terjadi pasca Tiongkok melonggarkan kebijakan Covid-19 nya serta membuka perbatasan internasional.
Di tengah berbagai sentimen negatif, Indonesia mengabarkan penjualan ritel yang menguat kemarin.

Kendati demikian, data tersebut tidak berpengaruh pada raksasa teknologi Indonesia yang sedang terpuruk. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) ambles ke bawah level psikologis Rp 100 per saham atau turun 10,58%menjadi Rp 93 per lembar.

Dimulai dari data AS, tingkat inflasi cukup penting diperhatikan, pasalnya ini akan menjadi pertimbangan the Fed dalam mengambil keputusan kebijakan moneternya.
Polling yang dilakukan Dow Jones memperkirakan inflasi AS akan mencapai 0,2% (mtm) dan 3,3% (yoy) pada Juli.
Sebagai catatan, inflasi AS pada Juni berada di 0,2% (mom) dan 3% (yoy).

Artinya, polling memperkirakan inflasi AS (yoy) akan meningkat. Hal ini menjadi kekhawatiran pasar karena inflasi yang meningkat akan membuat The Fed kembali hawkish dengan kebijakan suku bunganya. Kenaikan inflasi akan menjauhkan AS untuk memenuhi target inflasi Teh Fed di kisaran 2%.

Ed Moya, analis Senior Pasar Oanda, menjelaskan dengan kondisi makro yang buruk membuat para pelaku pasar berharap The Fed segera mengakhiri kenaikan suku bunga.

Kondisi ekonomi makro global yang tiba-tiba "suram" juga membuat pelaku Wall Street berharap The Fed dapat berhenti menaikkan suku bunga pada rapat Federal Open market Committee (FOMC) September mendatang.

"Kemungkinan tingkat kenaikan suku bunga terus menurun untuk pertemuan FOMC September dan November, tetapi penurunan suku bunga untuk 2024 terus meningkat, kata Moya.

Data CME Fedwatch Tool menunjukkan adanya kemungkinan 85,5% Fed akan mempertahankan suku bunga pada rapat FOMC September mendatang. Sebanyak 14,5% memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25%.

Amerika Serikat juga akan mengabarkan data penting yaitu tingkat klaim pengangguran pada pekan yang berakhir per 5 Agustus 2023.
Pada pekan sebelumnya, jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran AS mencapai  227 ribu. Jumlah tersebut naik dari pekan sebelumnya yang sebesar 221 ribu.

Melansir Trading Economics, konsensus pasar memperkirakan klaim pengangguran pengangguran AS akan kembali meningkat menjadi 230 ribu. TEForecast memprediksi kenaikan yang lebih rendah di 229 ribu.

Kenaikan tersebut cukup kecil untuk menyimpulkan jika pasar tenaga kerja AS sudah mendingin . Hal ini bisa mendukung kemungkinan bahwa The Fed masih akan memperpanjang siklus pengetatannya tahun ini.

Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan indeks harga konsumen (IHK) terkoreksi atau deflasi 0,3% (yoy) pada Juli 2023. Angka ini juga merupakan deflasi pertama sejak Februari 2021.

Sedangkan indeks harga produsen (IHP) terlihat mengalami penurunan selama 10 bulan berturut-turut dengan kontraksi 4,4% yoy pada Juli 2023.

Sebagai informasi, ini adalah pertama kalinya ketika IHK dan IHP mencatat kontraksi secara bersamaan sejak November 2020.

Menanggapi hal ini, Xi Jinping berencana mengambil langkah-langkah tertentu sebagaimana dikutip dari AFP yaitu stimulus untuk mendorong pembelian kendaraan listrik dan peralatan rumah tangga, menggenjot konsumsi dengan berbagai festival dan acara olahraga, mengontrol deflasi, menjaga dari krisis properti, menjaga perdagangan dengan membiarkan yuan terdepresiasi, dan menjaga ketegangan geopolitik.

Beralih ke pasar domestik, kenaikan IHSG tidak terlepas dari guncagan koreksi raksasa teknologi. Saham emiten teknologi yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berakhir ambruk lebih dari 10% pada perdagangan Rabu (9/8/2023).

Hingga akhir perdagangan hari ini, saham GOTO ambruk 10,58% ke posisi Rp 93/saham. Kini, saham GOTO sudah diperdagangkan di bawah level psikologis Rp 100 per saham. GOTO terakhir menyentuh kisaran harga Rp 90 per saham pada perdagangan 27 April lalu.

Belum diketahui secara pasti penyebab amblesnya saham GOTO. Namun, ada beberapa rumor yang membuat saham GOTO ambles pada hari ini.

Menurut sumber yang telah dikonfirmasi oleh CNBC Indonesia, GOTO akan merilis kinerja keuangannya pada semester pertama 2023 pekan depan. Namun, belum diketahui hari perilisan kinerja keuangannya.
Meski begitu, ada rumor bahwa laporan keuangan GOTO di semester I-2023 telah bocor dan ada indikasi bahwa rugi GOTO membengkak.

Selain itu, investor sepertinya juga mengaitkan amblesnya saham GOTO dengan masalah terkait kasus kebohongan perusahaan media sosial IRL.

Pemegang saham GoTo, SoftBank Vision Fund, menggugat IRL dan menuduh IRL berbohong soal angka pengguna demi merayu investor memberikan pendanaan, termasuk SoftBank.

Gugatan atas IRL dilayangkan oleh SoftBank Vision Fund di pengadilan federal San Francisco, Amerika Serikat. SoftBank menuduh IRL mengutak-atik data kinerja perusahaan termasuk menggelembungkan angka aktivitas pengguna.

Media sosial IRL diluncurkan pada April 2021. Saat peluncurannya, IRL digaungkan sebagai salah satu aplikasi media sosial untuk Gen Z dengan pertumbuhan paling tinggi.

SoftBank diberi tahu bahwa pengguna aktif IRL mencapai 12 juta. Namun, menurut gugatan, angka tersebut bohong. IRL memenuhi platform mereka dengan bots agar tampak ramai untuk "menipu investor."

Penipuan IRL mulai terkuat saat Komisi Perdagangan Saham AS (SEC) menyelidiki IRL pada akhir 2022. Pada April 2023, Abraham Shafi dipecat dan perusahaan dibubarkan pada Juni.

SoftBank Vision Fund adalah investor di Tokopedia. Setelah Tokopedia merger dengan Gojek, SoftBank menjadi salah satu pemegang saham GOTO.

Penurunan saham GOTO dan berbagai permasalahannya terjadi di tengah sentimen positif penjualan ritel yang membaik.

Bank Indonesia (BI) kemarin mengumumkan penjualan ritel Indonesia melonjak 7,9% (year on year/yoy) untuk periode Juni 2023. Angka ini merupakan turnover dari periode sebelumnya yang sempat turun tajam sebesar 4,5% yoy.

Pertumbuhan ini merupakan yang tercepat sejak April 2022, didorong oleh rebound penjualan makanan (12,0% vs -2,7% di bulan Mei) dan bahan bakar (0,2% vs -8,4%), di tengah kenaikan penjualan pakaian yang lebih cepat (15,0% vs 7,1%), karena konsumsi menguat di tengah musim liburan bagi pelajar.

Selain itu, penjualan barang budaya & rekreasi turun lebih sedikit (-0,9% vs -6,6%), informasi & komunikasi (-16,3% vs -25,3%), dan peralatan rumah tangga (-6,9% vs -8,4%). Sementara penjualan suku cadang & aksesoris otomotif terus turun (-5,2% vs -1,2%).

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1.       Menko Perekonomian Airlangga Hartarto  membuka GIIAS 2023 (10:00 WIB)
  2.        Keputusan suku bunga Bank Sentral India (RBI) (11:30 WIB)
  3.        Rilis data inflasi Amerika Serikat periode Juli 2023 (19:30 WIB),
  4.        Rilis data klaim pengangguran Amerika Serikat periode Agustus 2023 (19:30 WIB),
  5.        Rilis data stok gas Amerika Serikat Energy Information Administration (EIA) periode Agustus 2023 (21:30 WIB).

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1.        Seremoni pencatatan perdana saham PT Multi Sarana Intan Eduka Tbk (MSIE) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
  2.        Exercise start waran PT Multi Sarana Intan Eduka Tbk (MSIE),
  3.        Pembayaran Kupon PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) seri PJAA02CCN2 ke 10.

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q2-2023 YoY)

5,17%

Inflasi (Juli 2023 YoY)

3,08%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Juli 2023)

5,75%

Surplus Anggaran (APBN Juni 2023)

0,7% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q1-2023 YoY)

0,9% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2023 YoY)

US$ 6,5 miliar

Cadangan Devisa (Juli 2023)

US$ 137,7 miliar

 


(mza/mza)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Euforia IHSG Kembali ke 7.300-an

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular