Rupiah Kena Hantam Kabar Buruk AS, Dolar Dekati Rp15.200/US$1

rev, CNBC Indonesia
02 August 2023 15:19
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Fitch Rating memangkas peringkat surat utang AS.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dituutp melemah 0,40% terhadap dolar AS ke level Rp 15.170/US$1. Pelemahan ini melanjutkan tren kemarin yang juga melemah sebesar 0,23% ke Rp 15.110/US$1.
Posisi penutupan hari ini juga menjadi yang terlemah sejak 10 Juli 2023.

Anjloknya mata uang Garuda didominasi oleh faktor eksternal, terutama dari langkah Fitch.

Lembaga pemeringkat Fitch Rating menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+ yang merupakan konsekuensi dari dampak persoalan plafon utang pada Mei lalu.

"Penurunan peringkat AS mencerminkan penurunan fiskal yang diyakini akan terjadi selama tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir," tulis Fitch.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto pelemahan mata uang tidak hanya dialami oleh rupiah. Pelemahan juga terjadi pada mata uang lain.

Merujuk data Refinitiv, ringgit Malaysia ambruk 0,58% dan rupee India anjlok 0,23%.

"Untuk hari ini ada hal yang sedikit unik, atau sebut saja kami melihatnya agak abnormal yaitu terkait Fitch yang melakukan downgrade credit rating AS," tutur Edi, kepada CNBC indonesia.

Edi menjelaskan downgrade surat utang pemerintah AS justru membuat dolar AS menguat. Hal ini berbeda dengan periode 2011 di mana downgrade rating dari S&P membuat dolar jatuh.

Dia menambahkan pelemahan rupiah juga disebabkan oleh beberapa faktor lain. Di antaranya adalah masih adanya potensi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) pada September mendatang.
Penyebab lainnya adalah perlambatan ekonomi China serta kebijakan bank sentral Jepang (BoJ). 
Seperti diketahui, BoJ melonggarkan kebijakan Yield Curve Control (YCC) hingga ke batas 1,00%, dari sebelumnya 0,50%.

Edi berharap sentimen negatif ke rupiah hanya bersifat temporer. Dia juga menegaskan jika Bank Indonesia akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

"Mudah-mudahan sentimennya lebih bersifat temporer. Kondisi supply-demand valas di pasar domestik tetap terkendali, BI tetap akan berada di pasar untuk tetap memastikan keseimbangan supply-demand tersebut," tutur Edi.

Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan downgrade rating utang pemerintah AS akan meningkatkan ketidakpastian global.
Ketidakpastian inilah yang akan berdampak negatif ke pasar keuangan Indonesia, termasuk rupiah.

"Downgrade utang AS sekali lagi menunjukkan jika volatilitas global akan tetap bertahan dalam jangka menengah. Dalam kondisi seperti saat ini, pasar keuangan Indonesia akan datang dari ketidakpastian global berupa keluarnya dana asing," tutur Andry, kepada CNBC Indonesia.

Ketidakpastian global ini sempat disinggung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani memperingatkan dampak inflasi tinggi di negara maju terhadap nilai tukar mata uang negara berkembang.

"Tekanan inflasi dipengaruhi oleh perekonomian yang masih tetap kuat dan pasar tenaga kerja yang relatif ketat," ungkap Sri Mulyani usai rapat KSSK, Selasa (1/8).

Kondisi tersebut diperkirakan akan kembali mempengaruhi kebijakan moneter negara maju, dengan kenaikan suku bunga acuan, khususnya dari negeri Paman Sam yang belum lama ini baru saja menaikkan policy rate (Federal Fund Rate/FFR) 25 basis poin (bps).

"Perkembangan ini sebabkan aliran modal ke negara-negara berkembang akan menjadi lebih selektif," lanjut Sri Mulyani.

Dengan aliran modal yang semakin selektif maka ada konsekuensi mengerikan lainnya termasuk meningkatkan potensi tekanan terhadap nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular