Breaking! Rupiah Makin Terpuruk, Dolar Nyaris Tembus Rp15.200

mae, CNBC Indonesia
02 August 2023 13:55
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Nilai tukar rupiah terus tertekan akibat kepanikan investor setelah lembaga pemeringkat Fitch Ratings menurunkan surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) dari AAA menjadi AA+

Dilansir dari Refinitiv, rupiah menyentuh Rp 15.188/US$1 pada hari ini, Rabu (2/8/2023) pukul 13:47 WIB. Posisi tersebut melemah 0,52% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah juga semakin mendekati batas psikologis Rp 15.200/US$1.

Rupiah jeblok karena ketidakpastian global meningkat setelah Fitch memangkas rating surat utang pemerintah AS. Langkah Fitch membuat investor panik sehingga memilih untuk menarik dana dari Emerging Market, termasuk Indonesia.

Fitch memangkas rating AS turun sebagai dampak dari persoalan plafon utang pada Mei lalu.

"Penurunan peringkat AS mencerminkan penurunan fiskal yang diyakini akan terjadi selama tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir," tulis Fitch.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto pelemahan mata uang tidak hanya dialami oleh rupiah. Pelemahan juga terjadi pada mata uang lain. Merujuk data Refinitiv, ringgit Malaysia ambruk 0,58% dan rupee India anjlok 0,23%.

"Untuk hari ini ada hal yang sedikit unik, atau sebut saja kami melihatnya agak abnormal yaitu terkait Fitch yang mendowngrade credit rating AS," tutur Edi, kepada CNBC indonesia.

Edi menjelaskan downgrade surat utang pemerintah AS justru membuat dolar AS menguat. Hal ini berbeda dengan periode 2011 di mana downgrade rating dari S&P membuat dolar jatuh.

Dia menambahkan pelemahan rupiah juga disebabkan oleh beberapa faktor lain. Di antaranya adalah masih adanya potensi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) pada September mendatang.
Penyebab lainnya adalah perlambatan ekonomi China serta kebijakan bank sentral Jepang (BoJ).

Seperti diketahui, BoJ melonggarkan kebijakan Yield Curve Control (YCC) hingga ke batas 1,00%, dari sebelumnya 0,50%.

Edi berharap sentimen negatif ke rupiah hanya bersifat temporer. Dia juga menegaskan jika Bank Indonesia akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

"Mudah-mudahan sentimennya lebih bersifat temporer. Kondisi supply-demand valas di pasar domestik tetap terkendali, BI tetap akan berada di pasar untuk tetap memastikan keseimbangan supply-demand tersebut," tutur Edi.

Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan downgrade rating utang pemerintah AS akan meningkatkan ketidakpastian global.
Ketidakpastian inilah yang akan berdampak negatif ke pasar keuangan Indonesia, termasuk rupiah.

"Downgrade utang AS sekali lagi menunjukkan jika volatilitas global akan tetap bertahan dalam jangka menengah. Dalam kondisi seperti saat ini, pasar keuangan Indonesia akan datang dari ketidakpastian global berupa keluarnya dana asing," tutur Andry, kepada CNBC Indonesia.

Namun, capital outflow akan terbatas karena mereka sudah dieksekusi tahun lalu. Menurut Andry, Indonesia juga memiliki 'pemanis' tambahan tahun ini yakni inflasi yang melandai.
Andry memperkirakan inflow akan kembali membanjiri Indonesia begitu bank sentral AS The Federal Reserve melonggarkan kebijakannya.


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News! Kena Sial AS, Rupiah Ambruk Hampir 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular