Sectoral Insight

Sebelum Beli, Intip Dulu Kinerja Emiten Consumer Goods 2023

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
02 August 2023 15:25
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten consumer goods  telah merilis kinerja laporan keuangan kuartal II 2023. Beberapa di antaranya melaporkan pertumbuhan laba seiring dengan tingginya permintaan selama Ramadan hingga lebaran di periode April 2023.

Selain itu bisnis mereka sepanjang paruh pertama 2023 juga ditunjang oleh beberapa liburan panjang, seperti momen Idul Adha pada Juni.

Adapun terdapat empat sub-industri di sektor consumer goods yang telah merilis hasil kinerjanya. Pertama datang dari sub industri makanan olahan.

Dari sub industri makanan olahan, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) memimpin dengan kenaikan laba paling tinggi dibandingkan para kompetitornya. Laba bersih tahun berjalan ICBP pada kuartal II naik 1.274% menjadi Rp2,1 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 155 miliar.

Peningkatan laba ICBP salah satunya ditopang dari kenaikan penjualan dari segmen mie instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan serta segmen nutrisi dan makanan khusus. Peningkatan pendapatan keuangan dan berkurangnya beban keuangan mendorong peningkatan laba pada ICBP.

Namun emiten milik Sudhamek AWS yakni PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk justru harus membukukan penurunan kinerja pada kuartal II 2023. Dari tabel di atas dapat terlihat laba GOOD pada kuartal II 2023 turun sebesar 55% menjadi Rp45 miliar. Penurunan laba berasal dari turunnya penjualan Perseroan sebesar 10,7%. Segmen penjualan Perseroan terdiri dari makanan dalam kemasan dan minuman.

Kemudian dari sub-industri makanan protein seperti ikan, daging, dan unggas mayoritas mencatatkan kinerja yang buruk.

Dari empat emiten yang telah merilis hasil kinerja kuartal II 2023, tiga diantaranya mencatatkan penurunan laba. Dapat dilihat pada tabel CPIN dan JPFA mencatatkan kenaikan pendapatan pada kuartal II 2023, namun justru laba bersih berjalannya turun. Hal ini disebabkan sejumlah beban masih menggerus laba Perseroan.

Beralih ke sub-industri tembakau, para emiten di sektor ini kompak mencatatkan pertumbuhan kinerja.

Pertumbuhan positif emiten rokok sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat inflasi pada Juni 2023 secara bulanan mencapai 0,14%. Penyumbang utama inflasi Juni 2023 secara bulanan menurut kelompok adalah inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,10%.

Secara tahunan BPS juga mencatat inflasi Juni 2023 mencapai 3,52 persen. Penyumbang inflasi tahunan pada Juni 2023 yaitu kelompok transportasi sebesar 1,23%. Komoditas penyumbang utama inflasi tahunan diantaranya bensin, beras, rokok kretek filter, tarif kontrak rumah, dan bahan bakar rumah tangga.

Meskipun Kementerian Keuangan memutuskan untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) alias cukai rokok pada 1 Januari 2023 kemarin. Terlihat dari data inflasi yang didukung dari peningkatan pada segmen tembakau dan rokok kretek filter.

Kemudian berlanjut ke sub-industri produk olahan susu yang dominan mencatatkan penurunan laba pada kuartal II 2023.

PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) mencatatkan penurunan laba pada kuartal II 2023 sebesar 85%. Hal ini didorong dari penurunan pada penjualan Perseroan dan penghasilan lainnya.

Sedangkan untuk PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) dan PT PT Diamond Food Indonesia Tbk (DMND) mencatatkan kenaikan penjualan pada kuartal II 2023, namun laba bersih tahun berjalan justru turun. Hal ini disebabkan tingginya beban usaha yang masih menggerus laba perseroan.

Sektor consumer goods diprediksi masih cukup kuat hingga akhir 2023. Beberapa produk-produk unggulan di consumer goods terdapat kenaikkan harga. 

Hal ini berdampak ketika Perseroan menjual harga barang lebih tinggi namun secara biaya produksi sudah turun, tentu akan membuat margin Perseroan menjadi lebih tinggi dan berdampak pada tingginya laba Perseroan. Turunnya biaya produksi didorong oleh bertahannya suku bunga yang membuat harga bahan baku menjadi lebih murah.

Selain itu, emiten sektor konsumer bersiap menerima berkah pada 2023. Agenda kampanye pemilihan umum (pemilu) dan turunnya harga bahan baku diyakini bakal mengangkat tingkat konsumsi.

Dua tahun menjelang masa pemilu biasanya perusahaan konsumer membukukan pertumbuhan yang stabil. Hal itu berkaca pada kinerja perusahaan konsumer di tahun-tahun pemilu yang silam. Pada tahun 2009, pendapatan dari emiten konsumer tumbuh sebesar 14,2% sebelum pemilu.

Kemudian pada tahun 2014, perusahaan konsumer melaporkan pertumbuhan yang lebih kuat sebesar 16%. Hanya Pemilu 2019, pertumbuhan perusahaan konsumer sebelum pemilu melemah menjadi 7,3%.

Selain itu naiknya upah minimum provinsi (UMP) 2023 mendorong masyarakat Indonesia untuk meningkatkan konsumsi melihat saat ini sudah normalisasi dari masa pandemi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Putar Otak Bisnis Komoditas Andalan RI Lawan Efek Trump

Next Article Terungkap! Perilaku Konsumen FMCG Berubah Selama 3 Dekade

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular