Rugi Rp 450 T Sejak 2016, Akhirnya Uber Catat Laba Rp 6 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan penyedia transportasi Uber Technologies akhirnya membukukan laba operasional pertamanya di kuartal kedua tahun ini. Ini juga merupakan pencapaian perusahaan dalam upaya jangka panjangnya dalam membendung kerugian.
Mengutip The Wall Street Journal, Uber membukukan laba US$ 394 juta (Rp 5,96 triliun) selama kuartal kedua, berbalik dari kerugian US$ 2,60 miliar (Rp 39,33 triliun) setahun sebelumnya. Catatan ini terutama didorong oleh laba operasinya, yang berjumlah US$ 326 juta (Rp 4,93 triliun).
Adapun pendapatan Uber tercatat naik 14% menjadi US$ 9,23 miliar (Rp 139,79 triliun). Nilai total transaksi pada aplikasinya terhitung tumbuh 16% menjadi US$ 33,60 miliar (Rp 508,33 triliun), melampaui ekspektasi. Adapun total transaksi menunjukkan permintaan konsumen (GTV), sedangkan pendapatan mengacu pada komisi pihak Uber dari pemotongan atas nilai pemesanan.
Pencapaian positif ini didorong oleh pertumbuhan yang solid di kedua bisnis inti Uber, karena jumlah perjalanan di Amerika Serikat (AS) dan Kanada untuk pertama kalinya melampaui tingkat prapandemi. Di samping itu, permintaan antar makanan tetap kuat meskipun restoran telah dibuka kembali.
Catatan laba operasional ini juga menjadi yang pertama sejak pendirian Uber tahun 2009. Ketersediaan modal melimpah baik dari pemodal ventura atau investor publik kala IPO selama ini menjadi tulang punggung dan memberikan kenyamanan bagi perusahaan yang membukukan rugi fantastis. Uber diketahui menghabiskan puluhan miliar dolar dalam upaya untuk mendapatkan pangsa pasar, baik lewat promosi maupun sejumlah insentif lainnya.
Sebelumnya, pada tahun 2016 hingga kuartal pertama tahun ini, Uber secara kolektif telah melaporkan kerugian operasi hampir US$ 30 miliar (Rp 453,87 triliun), menurut S&P Global Market Intelligence.
"Untuk sebagian besar sejarah kami, keuntungan bukanlah hal pertama yang muncul ketika Anda bertanya kepada seseorang tentang Uber," kata Chief Executive Dara Khosrowshahi dalam panggilan telepon Selasa dengan para analis.
"Faktanya, banyak pengamat selama bertahun-tahun dengan berani menyatakan bahwa kami tidak akan pernah menghasilkan uang... Tapi kami tahu mereka salah," tambahnya.
Sebagai catatan, Uber sebelumnya memang telah membukukan laba bersih kuartalan dalam empat kuartal berbeda, tetapi hasil tersebut ditopang oleh keuntungan investasi yang angkanya melebihi kerugian yang dihasilkan dari operasional perusahaan.
(fsd/fsd)