
Saham AMMN Grup Salim Sudah Terbang 85% Lebih Sejak IPO

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) terpantau berhasil melonjak pada perdagangan sesi I Selasa (1/8/2023).
Per pukul 11:03 WIB, saham AMMN melejit 12,1% ke posisi Rp 3.150/unit. Saham AMMN pada hari ini diperdagangkan di kisaran harga Rp 2.830 - Rp 3.180 per unit.
Saham AMMN sudah ditransaksikan sebanyak 13.845 kali dengan volume sebesar 56,09 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 168,01 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 226,54 triliun.
Hingga pukul 11:03 WIB, di order bid atau beli, antrian beli pada harga Rp 3.100/unit menjadi yang paling banyak pada sesi I hari ini, yakni mencapai 7.221 lot atau sekitar Rp 2,24 miliar.
Sedangkan di order offer atau jual, antrian jual di harga Rp 3.150/unit menjadi yang paling banyak yakni mencapai 16.882 lot atau sekitar Rp 5,32 miliar.
Saham AMMN sudah menghijau selama empat hari beruntun. Dalam empat hari terakhir, saham AMMN sudah melesat hingga 38,16%. Sedangkan dari harga IPO-nya di harga Rp 1.695/unit, maka saham AMMN sudah terbang 85,84%.
Saham emiten pertambangan tambang dan emas yang juga merupakan emiten Grup Salim ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Juli lalu.
Vice President of Corporate Communication AMMN, Kartika Octaviana menjelaskan IPO adalah cara perusahaan untuk ekspansi sayap bisnisnya.
"Sesuai dengan apa yang dituliskan di prospektus. Kita fokus pada itu. Secara general perusahaan berusaha untuk produksi secara produktif dan efisien, sehingga baik. Itu komitmen kami," ujarnya, jumat (7/7/2023).
Amman lewat anak usahanya PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) tengah mengembangkan fase 7 dan 8. Dengan begitu diperkirakan bisa memperpanjang usia tambang Batu Hijau.
Perseroan juga akan mempersiapkan proyek eksplorasi Elang. Diperkirakan operasional penambangan berlangsung pada 2031 hingga 2046.
Amman juga sedang mengerjakan pembangunan smelter. Ini akan memiliki sejumlah fasilitas pendukung, yakni power plan dan pengembangan pabrik konsentrator untuk mengelola hasil tambang jadi produk konsentrat.
Per Januari 2023 lalu, progress smelter sudah 51,63%. Hal tersebut yang akan jadi fokus perusahaan, ungkap Kartika.
"Jadi habis di tambang, terus diolahnya menjadi konsentratnya di pabrik konsentrator itu yang akan kita kembangkan. Itu yang kita fokuskan," pungkasnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham AMMN Salim Masih Ngacir, Sejak IPO Terbang 123%
