
Pendapatan Naik Tapi Laba Trimegah (NCKL) Turun, Ini Sebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk turun 14,64% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 2,74 triliun pada semester I 2023.
Mengutip laporan keuangan, pendapatan kontrak perseroan naik 88,74% menjadi Rp 10,24 triliun dari sebelumnya yang sebesar Rp 5,42 triliun. Pendapatan tersebut didorong oleh segmen pengolahan nikel sebesar Rp 8,58 triliun dan penambangan nikel sebesar Rp 1,65 triliun.
Akan tetapi beban pokok pendapatan membengkak 177,41% yoy menjadi Rp 6,74 triliun. Sehingga, laba kotor tercatat sebesar Rp 3,48 triliun, tumbuh 16,79% yoy.
Laba NCKL menyusut karena biaya keuangan tahun ini tumbuh 186,63% yoy menjadi Rp 285,33 triliun. Selain itu bagian atas laba entitas asosiasi NCKL turun 56,55% yoy menjadi Rp 939 miliar.
Adapun liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp 17,73 triliun dengan rincian liabilitas jangka panjang Rp 8,14 triliun dan jangka pendekRp 9,58 triliun.
Sementara itu, total ekuitas NCKL tercatat sebesar Rp 24,58 triliun dan aset sebesar Rp 42,32 triliun.
Emiten pertambangan nikel anak usaha Harita Group, ini akan segera memiliki dua smelter baru yang siap beroperasi dalam dua tahun ke depan.
Sebelumnya perusahaan telah memiliki sejumlah pabrik nikel yang beroperasi untuk meningkatkan nilai tambah bijih nikel, termasuk pabrik nikel Sulfat pertama di Indonesia dan terbesar di dunia.
Presiden Direktur PT Trimegah Bangun Persada (NCKL) Roy Arman Arfandy mengungkapkan bahwa pabrik nikel baru tersebut akan beroperasi di Pulau Obi.
Kami punya operasional yang baik di sana. Lokasi kami strategis di Pulau Obi dan juga [memiliki] bisnis terintegrasi di sana," ungkap Roy dalam acara "Nickel Conference 2023" CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (25/07/2023).
Roy juga mengungkapkan bahwa mereka menjadi kontributor utama atas hadirnya tambang di Pulau Obi dan merupakan produsen nikel terbesar di pulau tersebut.
Roy mengungkapkan dua proyek baru tersebut adalah pabrik nikel High Pressure Acid Leach (HPAL) kedua perusahaan dan pabrik nikel Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ketiga milik perusahaan.
HPAL kedua ini merupakan proyek perusahaan lewat PT Obi Nickel Cobalt (ONC) dengan total kapasitas mencapai 65 ribu ton logam per tahun. Adapun produk yang dihasilkan adalah Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), jenis nikel kelas 1 kadar tinggi yang dapat digunakan untuk membangun ekosistem kendaraan listrik.
Presdir NCKL mengungkapkan proyek HPAL kedua perusahaan telah dimulai sejak 2022 dan diharapkan akan beroperasi secara komersil untuk pertama kali pada kuartal kedua tahun depan.
Sementara itu, pabrik RKEF ketiga milik perusahaan dilaksanakan lewat PT Karunia Permai Sentosa (KPS) yang saat ini masih dalam tahap awal namun diharapkan dapat beroperasi pada pertengahan tahun 2025.
Pabrik RKEF ini memiliki target kapasitas produksi tahunan hingga 185 ribu ton logam Ferronikel (FeNi). Selanjutnya Roy juga mengungkapkan bahwa pabrik RKEF ini ke depan akan diintegrasikan dengan pabrik stainless steel, namun tidak mengungkapkan kerangka waktu untuk pabrik stainless steel perusahaan.
Penambahan pabrik baru tersebut tentu diharapkan akan menjadi motor bagi penguatan kinerja keuangan perusahaan.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anak Usaha Harita (NCKL) Pasang Harga IPO Rp 1.250 per Saham