Dolar Eksportir Wajib Mudik Mulai Hari Ini, Rupiah Kok Keok?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah pelaksanaan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Indonesia.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah melemah 0,20% terhadap dolar AS ke level Rp 15.105/US$1. Hal ini berkebalikan dari penutupan perdagangan Senin kemarin yang sempat menguat tipis sebesar 0,10% ke Rp 15.075/US$1.
Fluktuasi Rupiah ditengarai akibat pelaksanaan aturan DHE yang baru yang berlaku mulai hari ini. Aturan tersebut diharapkan dapat membawa pulang dolar AS dari ekspor yang telah diparkir di luar negeri.
Sebagai informasi, pemerintah telah mengeluarkan aturan baru terkait DHE SDA melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari kegiatan pengusahaan, pengelolaan, dan/atau pengolahan sumber daya alam.
Ada beberapa perubahan aturan baru terkait DHE Sumber Daya Alam (SDA) ke dalam bank di dalam negeri. Di antara perubahan tersebut, eksportir diwajibkan menyimpan 30% dari DHE dalam sistem keuangan Indonesia untuk jangka waktu tertentu.
Regulasi DHE SDA meliputi sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Batas DHE yang dikenakan kewajiban adalah US$250.000 per dokumen atau sekitar Rp3,76 miliar. Dampaknya, industri mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mengekspor tidak akan dikenakan kewajiban ini.
Untuk diketahui, BI sudah mengimplementasikan operasi moneter berupa term deposit valas sebagai instrumen penempatan DHE melalui bank kepada mulai 1 Maret 2023. Nilai transaksi term deposit valas DHE mampu mendatangkan DHE sebesar US$ 1,11 miliar, termasuk US$ 294,75 pada Maret.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan potensi besar DHE SDA sangat besar.
Aturan DHE baru menyebut ada kewajiban menyetor DHE minimal 30%. Dengan hitungan tersebut maka ada potensi DHE yang masuk sebesar US$ 60,9 miliar atau sekitar Rp 918,98 triliun.
"Potensi yang bisa didapatkan adalah US$ 60-100 miliar," tutur Airlangga, pada saat konferensi pers, pekan lalu
Selain itu, siang ini akan dirilis data laju inflasi Indonesia baik secara bulanan maupun tahunan akan dirilis.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi Juli 2023 akan menembus 0,21% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi bulanan pada Juni tercatat 0,14%.
Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan menembus 3,08% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 2,50%.
Secara tahunan, inflasi menembus 3,52% sementara inflasi inti tercatat 2,58% pada Juni 2023. Inflasi tahunan akan melandai pada bulan ini karena semakin berkurangnya dampak kenaikan harga BBM pada September tahun lalu.
Jika inflasi mengalami penurunan, maka hal ini akan menjadi kabar baik bagi market di Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(rev/rev)