CNBC Indonesia Research

FOLK Masih Merugi, Apakah Emiten Bong Chandra Layak Koleksi?

Riset, CNBC Indonesia
Selasa, 01/08/2023 07:05 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan holding bisnis omni-channel ritel dan media, PT Multi Garam Utama Tbk (FOLK) tengah melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Meski masih merugi, FOLK tetap harus membayar biaya manajemen hingga lebih dari Rp 3 miliar ke PT Garam Ventura Indonesia sebagai pengendali.

Perusahaan akan melepas sebanyak 570.000.000 saham biasa atas nama yang merupakan saham baru dengan nilai nominal Rp 20 per saham yang mewakili sebesar 14,44% dari modal yang telah ditempatkan.

Adapun harga yang ditawarkan kepada masyarakat dalam masa book building sekitar Rp 100 hingga Rp 105 per saham. Sehingga perseroan berpeluang akan mendapatkan dana segar maksimal senilai Rp59,85 miliar.


Kapitalisasi pasar (market cap) FOLK berpotensi berkisar Rp394,8 miliar hingga Rp414,5 miliar.

Pada 2022, laporan keuangan FOLK mencatat adanya peningkatan signifikan dalam laba tahun berjalan menjadi Rp5,2 miliar dari sebelumnya hanya Rp180 juta pada 2021. Kenaikan ini disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan di 2022 menjadi Rp40,2 miliar, yang sebelumnya hanya Rp23,8 miliar pada 2021.

Namun, pada tanggal 31 Maret 2023, terjadi kerugian berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,7 miliar. Padahal pada triwulan I-2022, FOLK masih membukukan laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk Rp1,2 miliar.

Selain itu, rugi tahun berjalan mencapai Rp378,4 juta selama 3 bulan pertama 2023. Penurunan pendapatan menjadi Rp7,5 miliar pada periode ini menjadi salah satu penyebab dari kerugian ini, jika dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp8,9 miliar.

Informasi saja, GVI, bersama dengan PT Sumber Garam Pratama (SGP), merupakan pemegang saham mayoritas dan pengendali FOLK. Pasca-IPO (belum termasuk realisasi waran), GVI akan menguasai 19,71% saham dan SGP 46,30% saham FOLK.

Adapun, Danny Sutradewa dan Bong Chandra selaku pengendali tidak langsung dan pemilik manfaat FOLK.

Dalam prospektus IPO, Bong Chandra memiliki 30,00% saham di Garam Ventura Indonesia sekaligus menjabat sebagai komisaris di perusahan tersebut. Sedangkan, Danny Sutradewa miliki 35,00% saham perusahaan. GVI sendiri menguasai 27,59% saham SGP.

Selain sebagai Komisaris Utama FOLK, Bong Chandra dikenal sebagai pendiri dan Direktur PT Perintis Triniti Properti Tbk sejak 2009 silam.

Multi Garam Utama atau FOLK Group menaungi media kalangan anak muda seperti Creativox dan USS Feed.

Mengutip prospektus awalnya, Multi Garam Utama disebut bergerak untuk membangun ekonomi kreatif, melalui media, brand, dan intelektual property dengan misi untuk membangun ekosistem yang scalable dan sustainable dengan berkolaborasi aktif dengan

Dengan target pelanggan generasi milenial dan generasi Z, perusahaan melayani pelanggan melalui ekosistem yang komprehensif terdiri dari: New Age Media Commerce dan Omni-Channel Retail Brands.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(RCI)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Melantai di Bursa, Merry Riana Bangun Masa Depan Edukasi