Nickel Conference 2023

MBMA Sulap 'Limbah' Tambang Jadi Bahan Bakar Pabrik Nikel RI

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
27 July 2023 12:20
foto/ Indonesia Morowali Industrial Park/ Dok. Indonesia Morowali Industrial Park
Foto: foto/ Indonesia Morowali Industrial Park/ Dok. Indonesia Morowali Industrial Park

Jakarta, CNCB Indonesia - Emiten pengolahan nikel Merdeka Battery Materials (MBMA) menggunakan bijih sisa (waste) atau produk yang umumnya non ekonomis hasil tambang untuk kepentingan operasional pabrik baterai di Kawasan Industri Morowali (IMIP), Sulawesi Tengah.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Merdeka Battery Materials (MBMA) Andrew Starkey dalam helatan "Nickel Conference 2023" CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (25/07/2023). Andrew menyebut proyek ini bukan merupakan bagian tradisional rantai industri baterai.

"Jadi ini adalah pabrik tempat kami menggunakan bahan limbah (waste) dari proyek tembaga Wetar dan mengubahnya menjadi produk yang bermanfaat," ujar Andrew

Lewat proyek AIM (Acid, Iron, Metal) yang merupakan fasilitas pengolahan modern dan terintegrasi di Morowali, MBMA akan melayani pemain hilir dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik.

Proyek AIM akan mengoperasikan konsentrator untuk mengekstraksi konsentrat pirit, pabrik asam, pabrik pemanggangan dengan kloridisasi, dan pabrik ekstraksi logam.

Pabrik AIM sendiri dirancang untuk mengolah bijih sisa dan bijih pirit berkadar rendah dari Tambang Tembaga Wetar (salah satu entitas anak Merdeka) dengan laju nominal lebih dari 1 juta ton per tahun.

"Jadi daripada mengelola limbah itu di Wetar, kami mengangkutnya ke Morowali dan mengubah pirit itu menjadi acid untuk pabrik HPAL (high-pressure acid leach) serta produk tambahan yang berharga lain," terang Andrew.

Bijih sisa disebut akan ditransportasikan 700 Km dari Pulau Wetar, Maluku ke pabrik AIM untuk diproses lebih lanjut untuk menghasilkan serangkaian produk, termasuk asam sulfat, uap jenuh, pelet bijih besi, spons tembaga, timbal-seng hidroksida, emas doré, dan perak.

MBM melihat pertumbuhan signifikan atas permintaan akan acid menjadi potensi bisnis didorong oleh tambahan pabrik HPAL yang direncanakan akan dibangun di Indonesia.

"Jadi kami ingin melihat ini menjadi salah satu dari sejumlah prakarsa terkait penggunaan tailing dan produk limbah secara ekonomis," ungkap Andrew.

Dirinya juga menambahkan bahwa dorongan untuk melaksanakan bisnis secara keberlanjutan dapat menjadi dorongan bagi perusahaan untuk melihat limbah atau sisa produksi dengan kaca mata berbeda. Salah satunya seperti MDKA mengelola tailing yang sebelumnya dianggap sebagai produk limbah kini memiliki nilai tambah yang signifikan.

Proyek AIM sendiri saat ini masih dalam proses penyelesaian dan diharapkan untuk mencapai produksi pertama pada pertengahan kedua tahun 2023 sesuai jadwal.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Incar Rp9,62 T, Perusahaan Boy Thohir Mau Bangun Smelter HPAL

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular