
Market Cap Tembus Rp10.000 T, Efek IPO atau Kinerja Top IHSG?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kapitalisasi pasar (market cap) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus angka Rp10 ribu triliun hingga 25 Juli 2023. Angka tersebut turut ditopang oleh ramainya emiten yang melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di tahun ini.
Baru pertengahan tahun, tepatnya per 25 Juli, sudah ada sebanyak 51 emiten melantai di bursa, hanya selisih 8 emiten dari total 2022.
Pada tahun lalu, sebanyak 59 emiten yang resmi melantai di bursa saham domestik. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2020 yang hanya 54 dan melampaui rekor all time high 2018 sebanyak 57 emiten.
Market cap bursa sendiri secara total tumbuh Rp613,9 triliun dibandingkan di awal tahun atau setara dengan 6,50% year to date (YtD) menjadiRp10.063 triliun. Di awal 2023, market cap IHSG berada di angka Rp9.449 triliun.
Sedangkan, market cap 51 emiten yang melakukan IPO selama 2023 mencapai Rp397,4 triliun.
Apabila tanpa penambahan 51 emiten anyar, market cap IHSG berarti berada di posisi Rp9.665,6 triliun atau 'hanya' bertambah Rp216,4 triliun (2,29%).
Itu artinya, kontribusi total 51 saham IPO terhadap pertumbuhan market cap bursa mencapai 64,74% selama 2023.
Maka, penambahan market cap seiring kenaikan harga saham (yakni, minus 51 saham IPO) cuma menyumbang 35,26% dari total pertumbuhan market cap IHSG di 2023.
Sejumlah nama IPO kakap tahun ini memang langsung menyodok ke jajaran big cap.
Emiten tembaga-emas milik keluarga Panigoro dan kongsi Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang melantai pada 7 Juli lalu memiliki market cap Rp165,41 triliun per 25 Juli 2023.
Hal tersebut membuat AMMN menduduki peringkat ke-9 emiten dengan market cap terbesar di bursa saat ini.
Dalam hajatan IPO, AMMN menerbitkan 63,28 juta lot (8,80%) saham baru yang ditawarkan kepada publik di harga 1.695/saham, dengan total emisi yang diperoleh mencapai Rp 10,73 triliun, sebelum dikurangi dengan biaya pencatatan dan lain-lain.
Total emisi AMMN juga menjadi yang terbesar di bursa sepanjang 2023.
Asal tahu saja, selain keluarga Panigoro, keluarga Salim juga ikut memiliki saham di AMMN.
Agus Projo, yang dekat dengan Anthoni Salim, tercatat sebagai pengendali perusahaan. Grup Salim sendiri menggenggam mayoritas saham AMMN lewat sejumlah perusahaan, termasuk PT Sumber Gemilang Persada (SGP).
Selain AMMN, emiten grup Merdeka Copper (MDKA), emiten nikel PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) yang melantai pada 18 April lalu juga memiliki market cap jumbo, mencapai Rp80,46 triliun.
MBMA berada di peringkat 21 market cap terbesar saat ini.
Kemudian, emiten nikel lainnya, yakni Grup Harita PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) mempunyai market cap hingga Rp57,42 triliun dan emiten geothermal anak usaha Pertamina PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) punya market cap Rp31,67 triliun.
Keempat nama di atas merupakan emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar sepanjang tahun ini, dengan total mencapai Rp334,96 triliun.
Dengan kata lain, AMMN hingga PGEO atau 4 emiten tersebut berkontribusi 84,28% dari total market cap 51 saham emiten yang IPO di 2023. Artinya, AMMN, MBMA, NCKL, dan PGEO ikut menyumbang 54,57% dari total pertumbuhan market cap bursa di tahun ini.
Kinerja IHSG sendiri hanya tumbuh tipis 0,98% Ytd ke posisi 6.917,71.
Ketidakpastian global, termasuk kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan penantian terhadap penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral negara utama, termasuk Amerika Serikat (AS), menjadi penahan lajut IHSG di tahun ini.
Di semester II, pelaporan kinerja keuangan, prediksi mulai adanya pelonggaran pengetatan kebijakan moneter hingga suasana menjelang tahun Pemilu 2024 akan menjadi katalis positif untuk IHSG.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daftar 7 Emiten Terbesar di RI, Posisi 5 Ada Anak Baru
