Investor Tunggu Keputusan The Fed, Bursa Asia Dibuka Loyo

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 26/07/2023 08:48 WIB
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (26/7/2023), jelang pengumuman keputusan suku bunga terbaru bank sentral Amerika Serikat (AS).

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang turun tipis 0,08%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,48%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,28%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,93%.

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura dan ASX 200 Australia menguat 0,12%.


Dari Australia, data inflasi periode Juni akan dirilis pada hari ini. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Australia periode bulan lalu diperkirakan turun menjadi 6,2% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 7%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Australia pada bulan lalu diperkirakan turun menjadi 1%, dari sebelumnya pada Mei lalu sebesar 1,4%.

Angka inflasi muncul menjelang keputusan suku bunga bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) pada 1 Agustus dan akan menjadi pertimbangan utama bagi RBA.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas melemah terjadi meski bursa saham AS, Wall Street masih menghijau kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,08%, S&P 500 menguat 0,28%, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,61%.

Bursa Wall Street terus menguat ditopang ekspektasi melunaknya kebijakan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dan kinerja keuangan perusahaan yang di atas ekspektasi.

Sejauh ini, sebanyak 130 perusahaan yang tercatat di indeks S&P 500 sudah melaporkan kinerja keuangan mereka untuk April-Juni 2023, di mana 79% melebihi ekspektasi pasar.

Pelaku pasar juga tengah menunggu keputusan The Fed. The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu hari ini (25-26 Juli). Keputusan FOMC akan diumumkan pada hari ini waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 98,9% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 5,25-5,5% pada bulan ini.

Namun, pelaku pasar berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini.

Pasalnya, inflasi AS sudah jauh melandai ke 3% (yoy) pada Juni tahun ini, dari 9,1% (yoy) pada Juni tahun lalu.

"Rapat The Fed menjadi penting karena pasar berekspektasi jika hanya ada dua atau sekali lagi kenaikan (suku bunga). Keputusan ini menjadi perhatian utama pelaku pasar, khususnya di sektor teknologi," tutur analis dari R/Evolution Gate, Rishi Sadarangani, dikutip dari CNBC International.

Faktor positif lainnya adalah outlook ekonomi global yang lebih baik. Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3% pada 2023, dari 2,8% pada proyeksi April.

Proyeksi pertumbuhan global yang lebih tinggi pada tahun ini ditopang oleh pertumbuhan ekonomi di negara maju yang diperkirakan akan lebih baik dan melandainya inflasi.

Ekonomi AS diperkirakan tumbuh 1,8% pada tahun ini. Proyeksi ini 0,2% lebih tinggi dibandingkan proyeksi per April. Pertumbuhan ekonomi Jepang diproyeksi mencapai 1,4% pada 2023, lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya (1,3%).

Forecast yang lebih baik ini menunjukkan optimisme pasar jika pemulihan ekonomi bisa berlangsung lebih cepat.

Dalam konferensi pers, kepala ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas menjelaskan kawasan Asia akan tumbuh kuat 5,3% pada tahun ini, tetapi negara-negara penghasil komoditas akan 'menderita' karena melemahnya ekspor.

"Negara emerging dan berkembang di Asia akan tumbuh kuat 5,3%. Namun, banyak produser komoditas yang akan menderita karena penurunan penerimaan pendapatan ekspor," tutur Gourinchas, dalam konferensi pers, dikutip dari website resmi IMF.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel