
Pasar Tunggu Keputusan the Fed, Akankah Rupiah Menguat Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Garuda akhirnya mulai menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap pasar wait and kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Melansir dari Refinitiv pada perdagangan kemarin, Selasa (25/7/2023) rupiah menguat 0,20% secara harian ke posisi Rp 14.990/US$ atau kembali bergerak di bawah level psikologis Rp 15.000/US$
Nilai tukar rupiah yang akhirnya menguat menjadi angin segar karena mata uang RI sempat melemah dan stagnan pada dua hari perdagangan terakhir.
Sentimen utama yang bakal mewarnai pasar keuangan hari ini datang dari rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu hari ini (25-26 Juli). Keputusan FOMC akan diumumkan pada hari ini waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 98,9% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5% pada bulan ini.
Namun, pelaku pasar berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini. Pasalnya, inflasi AS sudah jauh melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Juni tahun ini, dari 9,1% (yoy) pada Juni tahun lalu.
Rapat The Fed menjadi penting karena pasar berekspektasi jika hanya ada dua atau sekali lagi kenaikan (suku bunga). Keputusan ini menjadi perhatian utama pelaku pasar, khususnya di sektor teknologi," tutur analis dari R/Evolution Gate, Rishi Sadarangani, dikutip dari CNBC International
Sementara itu dari dalam negeri ada kabar positif yang memberikan gairah ke rupiah kemarin yakni dari BI yang menahan suku bunga kembali di level 5,75% pada bulan ini. Keputusan BI ini sejalan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan suku bunga akan ditahan.
Gubernur BI Perry Warjiyo juga menekankan jika stabilitas rupiah kini menjadi fokus utama BI. Perry juga optimis jika mata uang Garuda akan menguat ke depan sejalan dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta mengalirnya dana asing ke Indonesia.
"BI memperkirakan nilai tukar rupiah menguat cenderung dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi rendah imbal hasil aset keuangan menarik dan dampak positif implementasi PP 36 2023 tentang DHE sumber daya alam," jelas Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur, Selasa (25/7/2023).
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik k3 6,233% dari 6,246% pada perdagangan hari sebelumnya. Yield yang melandai menjadi tanda harga SBN yang semakin mahal karena investor mengincar SBN.
Minat investor asing pada surat berharga dalam negeri juga nampak masih tinggi. Terlihat penawaran asing yang masuk dari hasil lelang SUN per 25 Juli 2023 mencapai 15.09℅ atau setara Rp4,15 triliun dari total incoming bids sebesar Rp30 triliun. Sementara dari yang dimenangkan (awarded bid) sebanyak Rp13 triliun, ada 20,50% atau senilai Rp2,66 triliun disumbang oleh investor asing.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu satu jam, rupiah kembali bergerak ke bawah menembus level psikologis Rp15.000/US$ yang menjadi tanda penguatan rupiah, kendati demikian pergerakan rupiah masih dalam tren sideways yang memungkinkan harga bergerak naik turun dalam rentang yang relatif sempit.
Untuk mengantisipasi pelemahan rupiah, level psikologis menjadi posisi yang diperhatikan karena menjadi resistance yang paling dekat. Jika ditembus maka resistance yang potensi diuji selanjutnya ada di Rp15.035/US$ yang diambil berdasarkan garis rata-rata selama 200 jam atau moving average/MA 200.
Sementara jika mata uang Garuda mampu melanjutkan penguatan, posisi yang akan diuji selanjutnya adalah support terdekat di Rp14.970/US$ yang diambil dari horizontal line berdasarkan low candle 20 Juli 2023.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Rupiah Ambruk ke Rp16.635 per USD, Dekati Level Saat 1998