Tunggu Kepastian Suku Bunga, Rupiah Bakal Kemana?
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Garuda terpantau masih loyo dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) akibat sikap pasar yang cenderung wait and see terkait suku bunga Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (21/7/2023) rupiah ditutup melemah 0,23% secara harian ke posisi Rp15.020/US$. Angka penutupan tersebut menjadi yang paling rendah selama enam hari perdagangan terakhir dan secara mingguan telah susut 0,45%.
Pada hari ini, Senin (24/7/2023) pasar keuangan tampaknya juga masih menghadapi lebih banyak ketidakpastian terutama dari global terkait kebijakan the Fed yang berpotensi menaikkan suku bunga acuan di pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 27 Juli 2023 mendatang.
Pasar memproyeksi sikap the Fed masih akan agresif, pasalnya kondisi pasar tenaga kerja AS masih kuat sehingga inflasi dinilai akan sulit turun ke target bank sentral sebesar 2%. Sebagai informasi, data jumlah orang di negeri Paman Sam yang mengajukan tunjangan pengangguran per 15 Juli lalu malah turun 9000 menjadi 228.000. Angka ini merupakan yang terendah sejak dua bulan terakhir dan meleset dari ekspektasi pasar di 242.000.
Kendati begitu, apabila dalam pertemuan FOMC ada sinyal pelonggaran kebijakan moneter the Fed, ada potensi laju rupiah akan kembali menguat karena kekhawatiran lebih mereda. Data dari AS yang dinanti pasar pekan ini juga ada PDB AS kuartal kedua yang akan rilis pada hari yang sama dengan rapat the Fed dan data Inflasi Price Consumption Expenditure (PCE) pada 28 Juli 2023.
Sementara itu dari dalam negeri pelaku pasar juga menanti kebijakan BI yang akan rilis pada Selasa (25/7/2023). Pasar memperkirakan suku bunga acuan BI masih akan ditahan lagi, sebab inflasi sudah masuk dalam target di rentang 2%-4% sehingga suku bunga masih cukup memadai untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tetap positif
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS terpantau menembus ke atas level psikologis Rp15.000/US$ yang menunjukkan mata uang Garuda semakin melemah.
Perlu diantisipasi adanya pelemahan lanjutan ke posisi resistance terdekat di Rp15.035/US$ yang diambil berdasarkan garis rata-rata selama 200 jam atau moving average 200 (MA200).
Sementara itu, posisi support kembali lagi ke level psikologis kuat di Rp15.000/US$, apabila resistance terdekat tak mampu ditembus ke atas, maka potensi pembalikan arah menguat ke support memungkinkan terjadi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn)